REPUBLIKA.CO.ID, PADANG ARO - Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat menyatakan tiga unit tower Base Tranceiver Station (BTS) bantuan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo sudah beroperasi dan mampu mengurangi area blank spot di kabupaten itu.
"Pada 2018 kami mengusulkan 22 unit bantuan BTS ke Kominfo dan disetujui lima unit tetapi saat survei di dua lokasi ditemukan sinyal sehingga hanya tiga yang dibangun dan sekarang sudah bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar," kata Kepala Dinas Infokom Solok Selatan, Syamsurizal, di Padang Aro, Selasa (18/12).
Dia mengatakan, tiga unit bantuan BTS yang di bangun oleh Bakti berada di Dusun Tangah, Lubuak Ulang Aling dan Lubuak Ulang Aling Selatan Kecamatan Sangir Batang Hari. Radius jangkauan sinyal dari BTS tersebut sekitar tiga kilometer sehingga dikawasan padat penduduk sekarang sudah memiliki sinyal telekomunikasi.
Dia menjelaskan, untuk pemeliharaan BTS ini lima tahun kedepan masih dilakukan oleh Bakti dan bisa diperpanjang satu kali. Setelah itu maka semua asetnya akan beralih ke Pemerintah daerah dan pemeliharaannya atau kalau dibongkar juga dilakukan Pemda.
Selain BTS pada 2018 juga ada bantuan penyediaan akses internet uso program Kominfo untuk SMP, SMA, Puskesmas di Solok Selatan. Bantuan program usi ada 12 sekolah yang mendapatkannya dan tiga Puskesmas pada 2018. Untuk 2019 pihaknya masih akan mengajukan bantaun BTS ke Kominfo karena masih ada titik blank spot di Solok Selatan.
"Usulan bantuan BTS masih kami fokuskan di Kecamatan Sangir Batang Hari karena disini paling banyak area blank spot dan provider juga enggan membangun menara disana," ujarnya.
Hal ini katanya sesuai dengan target Bakti dimana pada 2020 Indonesia terbebas dari blank spot oleh sebab itu diusulkan lagi bantuan BTS.
Sebelumnya Direktur Keuangan BAKTI, Ahmad Juhari optimis Indonesia merdeka sinyal atau terbebas dari blank spot pada 2020 dengan pembangunan infrastruktur pendukung melalui program BTS Universal Service Obligation (USO).
"Yang banyak blank spot itu adalah daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), karena itu program ini fokus ke situ," katanya.
Pemenuhan jaringan itu dengan mendirikan Base Transceiver Station (BTS) dengan target 5.000 unit hingga akhir 2019. Target itu cukup tinggi karena data pada akhir 2017 realisasi program itu masih pada angka 663 unit.
Namun pada Juni 2018, progres pembangunan bertambah cukup signifikan menjadi 2.717 meliputi daerah Sumatera, Jawa, Bali Nusa Tenggara, Kalimantan dan Papua. Ahmad menyebutkan BTS untuk daerah 3T tersebut dibangun pada beberapa titik penting diantaranya sekolah, lembaga pendidikan, Balai Latihan Kerja (BLK), instansi kesehatan, instansi pemerintah serta pelabuhan.
"Sekolah dan lembaga pendidikan memang menjadi fokus utama untuk meningkatkan literasi siswa dan mendukung kegiatan belajar berbasis komputer," ujarnya.
Sementara untuk penyediaan akses internet di daerah non 3T, BAKTI bekerjasama dengan operator penyedia jasa komunikasi data, internet yaitu lintasarta.
December 18, 2018 at 04:26PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2EwBD8S
via IFTTT
No comments:
Post a Comment