REPUBLIKA.CO.ID, Bencana tsunami yang menerjang Selat Sunda beberapa hari yang lalu, telah menorehkan duka mendalam bagi para korban dan keluarga mereka. Hal itu seperti yang dialami Astin (12 tahun) dan Pandu (10), bocah kakak beradik warga RT 25 RW 04 Blok Sumuran, Desa Tugu Kidul, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, yang kini menjadi yatim piatu.
Astin dan Pandu kehilangan ibu kandung mereka, Rami (38), yang tewas akibat dihempas ganasnya tsunami Selat Sunda. Beberapa waktu sebelumnya, ayah kandung kedua bocah itu juga telah lebih dulu meninggal dunia.
Rami tinggal dan bekerja di Banten. Sedangkan Astin dan Pandu tetap tinggal bersama keluarga besar mereka di Desa Tugu Kidul.
Kakak kandung Rami, Sujadi (41) menuturkan, pihak keluarga tak menduga jika Rami turut menjadi salah satu korban meninggal dalam bencana tsunami yang menerjang pantai Banten. Jenazah Rami berhasil ditemukan dan dievakuasi ke RSUD Berkah, Pandeglang.
Setelah menerima kabar bahwa Rami menjadi korban tsunami, pihak keluarga langsung berangkat ke Pandeglang dengan didampingi aparat desa dan personel Polsek Sliyeg, Selasa (25/12). "Di sana (RSUD Berkah) banyak sekali jenazah. Tapi kantong jenazahnya sudah ditandai," ujar Sujadi, Kamis (27/12).
Jenazah Rami tiba di rumah duka pada Rabu (26/12) sore dan disambut tangis histeris keluarga. Almarhumah pun dimakamkan hari itu juga di tempat pemakaman umum desa setempat.
Plt Bupati Indramayu Supendi mengunjungi rumah duka pada Kamis (27/12) sore. Kunjungan tersebut sebagai ungkapan duka cita yang mendalam dari Pemkab Indramayu atas musibah yang melanda salah seorang warganya.
Kedatangan Supendi langsung disambut oleh Astin dan Pandu bersama keluarga dan warga setempat. Raut kesedihan masih tampak pada wajah kedua bocah yatim piatu itu. Orang nomor satu di Kabupaten Indramayu itupun berusaha menghibur dan membesarkan hati kedua bocah tersebut.
Di hadapan Supendi, Astin yang merupakan pelajar kelas enam di SDN 3 Tugu, mengungkapkan, ingin melanjutkan pendidikan di pondok pesantren setelah lulus SD nati. Sementara Pandu yang masih duduk di kelas empat di SD yang sama dengan kakaknya, juga mengaku ingin terus bersekolah.
Keinginan dari kedua bocah yatim piatu itu sontak membuat Supendi terharu dan langsung mengambil keputusan. Untuk Astin yang ingin melanjutkan sekolah di pesantren, nantinya akan dibantu oleh Baznas Kabupaten Indramayu.
Mendengar jawaban tersebut, Astin pun tersenyum. Dengan mata berbinar, dia menyampaikan terima kasih karena keinginannya untuk menimba ilmu di pesantren kelak bisa terwujud.
"Anak-anaknya ingin ke pesantren. Kita akan bantu melalui Baznas. Ini bagus sekali agar mereka mampu mendoakan orang tuanya," tegas Supendi.
Supendi berharap, tidak ada lagi warga Kabupaten Indramayu yang menjadi korban tsunami Selat Sunda. Meski demikian, dia telah meminta BPBD Indramayu untuk terus memantau perkembangan yang terjadi di Banten, terutama jika masih ada korban yang berasal dari Kabupaten Indramayu.
"Kita terus pantau karena banyak warga Indramayu yang tinggal dan bekerja di sana. Tapi mudah-mudahan tidak ada lagi korban lainnya," tutur Supendi.
Sementara itu, dalam kesempatan tersebut, BPBD Indramayu juga menyerahkan bantuan family kit, peralatan makan, mie instan, tikar, air mineral, kornet, sarden, minyak sayur, biskuit, kecap, dan saus. Diharapkan, bantuan tersebut dapat meringankan beban keluarga.
"Kita juga sudah mengirim tim ke Banten. Ada lima orang yang kita tugaskan di sana," kata Kepala Pelaksana BPBD Indramayu, Edi Kusdiana.
December 28, 2018 at 05:32PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2GIcmvb
via IFTTT
No comments:
Post a Comment