REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Republik Burundi itu adalah negara tanpa wilayah laut di wilayah Great Lakes Afrika Timur. Ia berbatasan langsung dengan Rwanda di sebelah utara, Tanzania di timur dan selatan, dan Kongo di sebelah barat. Luas wilayahnya kurang dari 27.834 km2 dengan perkiraan populasi 10.216.190 jiwa (perkiraan Juli 2011, CIA).
Meski berada di wilayah Afrika Timur, posisinya yang berada di Benua Afrika, membuatnya kerap dianggap sebagai bagian dari Afrika Tengah. Burundi merdeka dari kolonialisasi Belgia pada 1 Juli 1962.
Burundi adalah negeri seribu masalah. Kelaparan, HIV/AIDS, kemiskinan, dan konflik etnis pada 1990-an yang menewaskan ratusan ribu rakyat sipil adalah masalah besar yang tengah melilit negara itu. Lalu, bagaimana kehidupan umat Islam di negara itu?
Insani Yardim Vakfi, sebuah yayasan kemanusiaan berbasis di Turki, mengungkapkan, pada 2007 pendidikan masih menjadi permasalahan signifikan di Burundi, terutama di kalangan umat Islam. Sedangkan, pedidikan non-Islam lebih baik karena ditunjang oleh berbagai bantuan dari para misionaris.
Sayangnya, kaum Muslim di Burundi tidak memiliki dukungan yang signifikan dari dunia Islam di bidang tersebut. Karena itu, keberadaan sekolah Islam di sana teramat sedikit. Itu pun dengan kondisi yang serba terbatas, seperti bangunan sekolah yang setengah jadi atau dibangun sekadarnya, serta jumlah buku ajar dan Alquran yang terbatas.
Kebanyakan anak Muslim belajar di sekolah negeri, dengan kurikulum pendidikan agama yang hanya membidik murid-murid Kristen. Selain sekolah negeri, sekolah-sekolah Katolik adalah pilihan lainnya.
Xavier Luffin, seorang guru bahasa Arab di Vrij Universiteit, Belgia, dalam artikel berjudul "Muslims in Burundi: Discretion and Neutrality (1999)" menuliskan, Muslim Burundi memiliki hubungan dekat dengan Kiswahili, bahasa suku Bantu yang memiliki sejumlah kosakata penting dari bahasa Arab. Jarang ditemukan Muslim Burundi yang tidak bisa berbicara bahasa ini. Karena itu, istilah 'Swahili' sering digunakan untuk menyebut Muslim di Burundi.
Di Burundi, doa dan bacaan shalat dilafalkan dalam bahasa Arab sebagaimana pembacaan Alquran, meski banyak pula Muslim yang membaca Alquran terjemahan dengan bahasa Kiswahili. Pada akhir abad ke-20, Alquran juga diterjemahkan ke dalam bahasa Kirundi, bahasa Resmi Burundi. Alquran berbahasa Kirundi itu juga dipublikasikan di Kenya atas dana dari Arab Saudi.
Pada masa yang sama, perpindahan agama ke Islam di Burundi (dan juga di negara tetangganya, Rwanda) meningkat. Luffin mengatakan, hal itu didasari oleh kebutuhan mendasar atas spiritualitas pascatragedi konflik etnis pada 1993 dan 1995-1996.
December 18, 2018 at 06:48PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2S8hvOv
via IFTTT
No comments:
Post a Comment