REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga minyak dunia menurun tajam dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini membuat badan usaha penyedia bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi di dalam negeri mulai menurunkan harga jual.
Perusahaan migas seperti Shell, Exxon, dan Total telah menurunkan harga BBM nonsubsidi sesuai dengan arahan pemerintah. Sementara PT Pertamina (Persero) hingga kini tak kunjung menurunkan harga jual BBM nonsubsidi (Pertamax cs, red).
Menanggapi hal tersebut, Wakil Presiden Jusuf Kalla berpendapat, apabila Pertamina tidak menurunkan harga BBM nonsubsidi maka akan ketinggalan dengan perusahaan lainnya. Adapun pelanggan tentunya akan memilih untuk mengisi BBM di tempat yang harganya lebih murah.
"Untuk yang nonsubsidi, itu pasti ada penyesuaiannya, saya tidak tahu, itu tergantung Pertamina. Kalau tidak ada penyesuaian, nanti harganya akan berbeda dengan Shell, contohnya. Saya tidak tahu hitung-hitungannya, tapi nanti pasti ikuti harga pasar, memang hukumnya di situ," ujar Jusuf Kalla di kantornya, Selasa (18/12).
Sebelumnya diberitakan, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Djoko Siswanto menyatakan seluruh Badan Usaha Penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM), kecuali PT Pertamina (Persero), sudah menurunkan harga jual BBM nonsubsidi. Terakhir, menurut Djoko, pada 13 Desember kemarin Shell sudah menurunkan harga jual BBM nonsubsidi.
"Shell sudah, semua sudah. Tinggal Pertamina aja, tanya Bu Nicke (Dirut Pertamina Nicke Widyawati, red) deh," ujar Djoko di Kementerian ESDM, Senin (17/12).
Mengenai ini, Sekretaris Perusahaan Pertamina Syahrial mengatakan pihaknya belum bisa menentukan kapan akan menurunkan harga BBM nonsubsidi meski tren harga minyak dunia sedang turun akhir-akhir ini. Ia menjelaskan Pertamina perlu banyak melakukan evaluasi dan melihat pergerakan harga minyak mentah dunia sebelum menentukan penurunan harga.
Syahrial menjelaskan, apalagi acuan harga di upstream kata Syahrial tidak serta merta mempengaruhi harga di downstream. "Perlu dipahami juga, harga di downstream itu gak otomatis harga di upstream bergerak. Kan kita basisnya MOPS. Bukan acuan WTI atau Brent," ujar Syahrial, Senin (17/12).
Syahrial menjelaskan pegerakan harga juga perlu dilihat dalam jangka waktu tertentu. Ia menjelaskan, Pertamina perlu mengevaluasi pergerakan harga tidak dalam jangka waktu sebulan dua bulan.
"Kan ada time lapsenya. ini lagi kita review. Tiba tiba naik lagi gimana. Ini kan kebijakan kita bagaimana menyikapi fluktuasi ini. ini perlu kajian kajian. Bulan depan bergerak gak," ujar Syahrial.
Apalagi, kata Syahrial minyak yang saat ini dimiliki oleh Pertamina bukan minyak dengan harga acuan hari ini. Stok yang dimiliki Pertamina merupakan minyak yang dibeli dengan acuan harga kontrak jual beli lama.
"Ya kan crude kita kan harga lama. Stok kita itu harga crude bulan lalu. Dilihat saja," ujar Syahrial.
Namun, memang tak ditampik oleh Syahrial bahwa pemerintah meminta Pertamina untuk bisa menurunkan harga BBM non Subsidinya. "Ya kalau harganya begini terus ya nanti kita sesuaikan," ujar Syahrial.
December 18, 2018 at 07:39PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2BsZqDF
via IFTTT
No comments:
Post a Comment