REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Tingginya harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar saat low season berdampak besar bagi sektor pariwisata di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Seorang pelaku jasa perjalanan wisata, Bambang Sugiarto, merasakan dampak yang cukup besar akibat tingginya harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar.
Bambang menyampaikan, kebijakan tersebut membuat sektor pariwisata Lombok yang sudah sepi akibat bencana gempa dan juga low season, semakin parah akibat kebijakan harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar.
"Sejak bencana gempa sudah sepi, awal tahun memang wajar sepi karena low season, tapi untuk tahun ini tampaknya lebih berat lagi," ujar Bambang kepada Republika.co.id di Mataram, NTB, Rabu (6/2).
Bambang menceritakan, saat bencana gempa pada tahun lalu, dia tidak mengantar wisatawan, namun justru mengantar para relawan yang memberikan bantuan kepada warga terdampak gempa. Hal ini kontras jika dibandingkan dengan sebelum bencana, di mana Bambang kerap melayani jasa perjalanan wisata untuk puluhan orang dengan paket tiga hari dua malam.
"Sepi sejak bencana, kita mulai paket-paket untikt relawan saja, ada yang dua hari dan empat hari," kata Bambang.
Beberapa pekan terakhir, Bambang juga memilih melayani jasa antarjemput penumpang dari dan ke Bandara Internasional Lombok. Selain itu, Bambang juga melayani pesanan perjalanan menuju ke Bima dan Sumbawa.
"Ya karena sepi kita ambil pesanan dari teman-teman atau kenalan yang mau ke bandara, Bima, atau Sumbawa," ucap Bambang.
Bambang menyampaikan, layanan mengantar penumpang ke bandara atau Bima dan Sumbawa juga tidak menentu. "Kadang sehari sekali, kadang dua hari sekali, kadang tidak ada sama sekali, ya tidak tentu juga," kata Bambang.
Bambang berharap pemerintah bisa mencari solusi atas tingginya harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar. Bambang mengharapkan setidaknya ada kebijakan khusus bagi Lombok yang sedang dalam fase pemulihan.
February 06, 2019 at 02:51PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2DVFgoo
via IFTTT
No comments:
Post a Comment