REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proses belajar lazimnya dilakukan saat orang sedang terjaga atau terbangun dan tentunya ketika otak masih segar. Namun, ternyata proses belajar juga bisa terjadi saat seseorang tidur.
Penelitian terbaru mengungkapkan untuk pertama kalinya manusia dapat mempelajari informasi baru ketika mereka sedang tidur. Maksudnya, menurut para ilmuwan, tidur dapat mengonsolidasikan pembelajaran informasi baru yang manusia peroleh selama terjaga.
Para peneliti di University of Bern di Swiss menyatakan pembelajaran juga dapat terjadi selama tidur nyenyak. Dalam sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal Current Biology itu, peneliti menunjukkan bagaimana hubungan dengan kata-kata asing baru dapat terjadi pada fase-fase tertentu dari tidur.
Dilansir di Medical News Today, banyak penelitian tentang tidur menyangkut proses yang menstabilkan dan mengonsolidasikan ingatan yang terbentuk selama periode terjaga. Sekarang ada bukti yang cukup saat tidur dapat memperkuat ingatan dan menanamkannya di memori pengetahuan yang sebelumnya diperoleh otak.
Para penulis penelitian mencatat banyak yang menganggap mustahil belajar dapat terjadi selama tidur karena tidur adalah di mana kondisi orang sedang tidak sadar. Selain itu, penelitian sebelumnya menghasilkan hasil yang bertentangan.
Tetapi sejumlah peneliti dari Swiss tertarik dengan pertanyaan, jika keadaan tidur memperkuat 'jejak memori' yang terbentuk selama terjaga, maka mengapa keadaan tidur itu sendiri tidak dapat membentuk jejak memori yang bertahan hingga terjaga?
Dengan menggunakan electroencephalograms (EEGs), peneliti merekam aktivitas gelombang otak pada 41 pria dan wanita yang sehat ketika mereka tidur di siang hari, lalu mereka menjalani tes memori berikutnya. 'Sakelar' otak tunggal yang mengontrol tidur ternyata bangun saat itu.
Otak hanya menggunakan satu area untuk mengendalikan tidur dan bangun. Selama tidur siang, para peserta mengenakan headphone in-ear yang diputarkan rekaman banyak pasangan kata verbal. Mereka merancang setiap pasangan kata, baik kata yang akrab dengan bahasa ibu, sementara yang lain adalah 'pseudoword' atau kata palsu yang dibuat-buat.
Sebagai contoh, peneliti memasangkan kata 'rumah' dengan pseudoword 'tofer'. Di pasangan lain, kata yang akrab adalah 'gabus' dan pseudoword adalah 'aryl'. Setelah tidur siang, para relawan menjalani tes asosiasi tidur.
Tes memberi peserta sampel acak dari pseudoword. Pada setiap presentasi, mereka harus mengatakan apakah objek yang dideskripsikan dengan kata itu bisa masuk ke dalam kotak sepatu atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan klasifikasi ukuran pseudoword lebih baik daripada yang lainnya.
Waktu pengkodean adalah kuncinya
Gelombang lambat atau tidur nyenyak adalah tahap yang paling bermanfaat untuk mengkonsolidasikan ingatan yang terbentuk pada periode terjaga. Saat otak memasuki tidur gelombang lambat, sel-selnya secara bertahap menyinkronkan aktivitas mereka. Mereka jatuh ke dalam pola yang bergantian setiap 0,5 detik antara periode singkat aktivitas universal dan tidak aktif. Periode aktivitas muncul sebagai puncak pada EEG.
Penulis studi pertama, Marc Züst mengatakan mereka juga mengamati pengambilan kata-kata yang dipelajari dalam tidur selama tes bertepatan dengan aktivitas di hippocampus dan area bahasa di otak. Hippocampus memainkan peran penting dalam memori dan pembelajaran.
Ini adalah area otak yang juga berperan saat manusia sedang terbangun dan menerima pembelajaran. "Struktur otak ini tampaknya memediasi pembentukan memori secara independen selama tidur nyenyak maupun selama terjaga," kata dia.
February 06, 2019 at 03:53PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2GojFGC
via IFTTT
No comments:
Post a Comment