REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Sulton Fathoni menuturkan, Isra Miraj sebagai sebuah perjalanan spritual Nabi Muhammad SAW, relevan dengan konteks kehidupan sosial dan kemanusiaan. Menurutnya, Isra Miraj mendorong manusia untuk selalu berpikir dengan pijakan spiritual.
Misalnya, dalam problem kebangsaan, baik pemilu ataupun yang lain seperti pendidikan, sosial dan sebagainya, tidak hanya memerlukan penanganan yang bersifat pendekatan fisik dan materi, melainkan juga mempertimbangkan aspek immaterinya atau spiritualitas.
"KPU (Komisi Pemilihan Umum) tentu telah bekerja keras bersama-sama dengan aparat keamanan menjalankan fungsinya dengan baik, tapi tetap harus diikuti dengan sisi spiritualitas," kata dia kepada Republika.co.id, Rabu (3/4).
Sulton mengatakan, semua pihak yang terlibat dalam Pemilu, baik itu Pilpres ataupun Pileg, menonjolkan nilai-nilai kesantunan, kejujuran, kesungguhan, dan komitmen. Orang yang bisa melakukan itu adalah yang memiliki jiwa spiritualitas.
"Tanpa pendekatan ini, maka penyelenggaraan Pemilu berarti lebih mengejar capaian-capaian yang sifatnya materi, misalnya distribusi surat suara. Capaian yang sifatnya materi ini akan lebih sempurna jika juga diiringi dengan capaian-capaian yang sifatnya immateri," katanya.
Sulton juga mengajak kepada masyarakat untuk ikut bertanggungjawab menyukseskan Pemilu 2019 ini. Penyelenggara Pemilu, yakni KPU dan Badan Pengawas Pemilu juga harus memberi pembelajaran kepada masyarakat bahwa Pemilu itu penting.
April 03, 2019 at 10:03PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2CMRheT
via IFTTT
No comments:
Post a Comment