REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Inflasi Kota Bandar Lampung pada Maret 2019 sebesar 0,35 persen, sedangkan pada Februari 2019 mengalami deflasi. Salah satu yang memberi andil penyebab inflasi dari kelompok bahan makanan di Lampung yakni jengkol. Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Lampung Riduan mengatakan pada inflasi Maret 2019 terdapat komoditas jengkol yang memberikan andil pada inflasi sebesar 0,01 persen.
Masuknya komoditas jengkol yang memengaruhi inflasi tersebut merupakan fenomena tersendiri. “Sekarang jengkol menjadi makanan mahal, jadi memberikan andil inflasi bulan ini,” kata Riduan dalam paparan di Kantor BPS Lampung, Senin (14/3).
Ia mengatakan jengkol memang harganya saat ini mahal karena kekhasan jengkol di Lampung. Bahan pangan berkulit hijau ini banyak dicari orang dari luar Lampung sehingga harga jualnya menjadi tinggi. Bahkan, harga jengkol bisa mengalahkan harga rendang untuk kelompok bahan makanan.
“Memang jengkol asal Lampung banyak yang mencari. Katanya jengkol Lampung rasanya lebih nikmat,” tutur Riduan yang menceritakan pengalaman keluarga besarnya mencari jengkol Lampung.
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung Yeane Irmaningrum, pembentuk inflasi di Kota Bandar Lampung yakni kelompok bahan makanan yakni sebesar 1,15 persen. Artinya terjadi peningkatkan indeks dari 143,95 pada Februari 2019 menjadi 145,60 pada Maret 2019. “Selain cung kediro, ada juga jengkol yang turut memberikan andil inflasi,” kata Yeane.
Ia menuturkan kelompok bahan makanan menempati urutan pertama penyebab inflasi. Terjadi inflasi pada kelompok ini karena naiknya harga beberapa komoditas pada bumbu-bumbuan sebesar 10,62 persen, sayur-sayuran 8,24 persen, dan daging 0,77 persen. Sedangkan kelompok ikan segar, padi-padian, umbi-umbian, telur, susu, buah-buahan, kacang-kacangan, dan ikan yang diawetkan mengalami deflasi.
Yeane mengatakan, ada 10 komoditas yang memberikan andil inflasi pada Maret 2019. Sepuluh komoditas itu adalah tomat sayur 0,14 persen, bawang merah 0,12 persen, cung kediro 0,07 persen, pemeliharaan/servis 0,07 persen, cabai merah 0,07 persen, bawang putih 0,06 persen, daging ayam ras 0,02 persen, gula pasir 0,01 persen, perbaikan ringan kendaraan 0,01 persen, dan jengkol 0,01 persen.
April 01, 2019 at 03:33PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2HZImtY
via IFTTT
No comments:
Post a Comment