REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang dai ambassador Dompet Dhuafa, Ustaz Sukron Makmun menceritakan pengalaman dakwahnya selama bulan Ramadhan tahun ini di Macau. Di negara yang bertetangga dengan Hong Kong ini, dia mengemban amanah untuk berdakwah, khususnya bagi Muslimin Indonesia yang tinggal di sana.
Tiba di Macau pada Jumat (10/5) lalu, Ustaz Sukron baru menemukan satu masjid yang kecil dengan kapasitas sangat minim, layaknya musala. Meskipun kecil, tempat ibadah ini menjadi pusat kegiatan perantau Muslim dari berbagai negara. Bahkan, di sana juga diselenggarakan shalat Jumat.
Masjid ini dikelola para migran Pakistan. Pengelolaannya mendapat sokongan dana dari pelbagai pihak, semisal sekelompok orang asal Kuwait.
"Tiap akhir pekan, masyarakat Indonesia, dari berbagai kalangan, profesional, semi profesional dan pekerja migran Indonesia (PMI) juga berduyun-duyun ke masjid ini," kata Ustaz Sukron Makmun saat dihubungi Republika.co.id dari Jakarta, Ahad (19/5).
"Ada yang sekadar ingin bertemu sesama WNI, ada yang iktikaf, atau sekadar ingin cari udara atau suasana segar, karena letaknya di pinggir pantai," sambung dia.
Di masjid itu, tiap sore sejumlah ibu-ibu dari gabungan Muslimah Indonesia-Macau mengadakan pengajian. Selama Ramadhan, masjid tersebut juga digunakan untuk kegiatan buka puasa bersama.
Kegiatan ifthar atau buka puasa bersama itu diikuti para anggota berbagai majelis taklim yang ada. Di antaranya adalah MATIM, Halimah, Halaqah, Irsyad, dan lain-lain.
Takmir masjid Pakistan juga mengundang dai asal Myanmar, Syeikh Abdul Hamd, dan seorang hafiz dari Indonesia Ustaz Ersa untuk menjadi imam shalat Tarawih. "Acara yang diadakan oleh gabungan Muslimah Indonesia-Macau itu diikuti dengan penuh antusias oleh para Muslimah," kenang Ustaz Sukron.
Selaku dai ambassador Dompet Dhuafa, dirinya di masjid itu mengisi banyak rangkaian kegiatan selama Ramadhan. Mulai dari shalat Shubuh berjamaah, zikir bersama, kuliah tujuh menit (kultum) bakda subuh berjamaah, hingga buka puasa bersama, shalat isya berjamaah dan tarawih keliling.
Di Macau, seorang Muslim menjalani puasa Ramadhan dengan durasi waktu 15 jam. Waktu buka puasa di sana biasanya dilakukan pada pukul 18.58 sore. Namun, shalat tarawih biasanya dimulai pada pukul 23.00 dan selesai pukul 01.00 dini hari
Menurutnya, durasi shalat tarawih bisa berbeda-beda, tergantung tiap majelis taklim dan durasi sesi tanya jawab saat kultum. Ustaz Sukron juga melakukan tarawih keliling dari satu majelis ke majelis yang lain. Ia menuturkan, sebagian besar jamaahnya di Macau adalah kaum hawa.
Karena kegiatan yang padat itulah, Ustaz Sukron mengatakan dirinya harus mengondisikan fisiknya dengan baik. Seperti halnya mengatur waktu istirahat, pola makan, dan jenis makanan yang dikonsumsi.
"Jamaah selalu menyediakan aneka makanan atau kuliner yang menggoda selera. Dai dituntut harus dapat menahan diri dari makan dan minum, tidak hanya di siang hari, tapi juga di malam hari selepas Tarawih," katanya.
May 19, 2019 at 07:09PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2LVzfxX
via IFTTT
No comments:
Post a Comment