REPUBLIKA.CO.ID, HOUSTON -- Harga minyak turun pada akhir perdagangan Senin, atau Selasa (3/9) pagi WIB. Penurunan harga minyak dipicu tarif impor baru diberlakukan oleh Amerika Serikat dan China diberlakukan. Hal ini meningkatkan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak mentah.
Minyak mentah berjangka internasional Brent ditutup turun 59 sen menjadi 58,66 dolar AS per barel, setelah diperdagangkan serendah 58,10 dolar AS pada siang hari. Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 33 sen menjadi 54,77 dolar AS per barel. Aktivitas perdagangan minyak tipis karena libur publik untuk Hari Buruh Amerika Serikat.
Amerika Serikat mulai memberlakukan tarif 15 persen untuk berbagai barang China mulai Ahad (1/9). Barang-barang yang dikenakan tarif termasuk alas kaki, jam tangan pintar, dan televisi layar datar.
Presiden AS Donald Trump mengatakan kedua belah pihak masih akan bertemu untuk pembicaraan bulan ini. Trump, yang menulis di Twitter, mengatakan tujuannya adalah untuk mengurangi ketergantungan AS terhadap China, dan ia kembali mendesak perusahaan-perusahaan Amerika untuk mencari pemasok alternatif di luar China.
"Sekalipun Presiden Trump telah mengindikasikan bahwa pembicaraan terjadwal antara Amerika Serikat dan China masih akan dilanjutkan, pasar semakin banyak mengundurkan diri ke kebuntuan yang berlarut-larut antara kedua negara dan akan mencari ke arah pelonggaran bank sentral untuk menopang selera risiko," Kata Harry Tchilinguirian dari BNP Paribas.
Sementara itu, Arab Saudi pada Senin (2/9) menunjuk Yasir al-Rumayyan, kepala lembaga pengelola dana kekayaan negara (sovereign wealth fund) , sebagai ketua perusahaan minyak raksasa milik negara Aramco, menggantikan posisi Menteri Energi Khalid al-Falih.
Produksi minyak dari anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak pada Agustus naik untuk bulan pertama tahun ini. Hal ini disebabkan karena pasokan yang lebih tinggi dari Irak dan Nigeria melebihi pengekangan oleh eksportir utama Arab Saudi dan penurunan yang disebabkan oleh sanksi AS terhadap Iran.
Di Amerika Serikat, Badai Dorian diperkirakan membawa hujan lebat dan gelombang badai pada Senin (2/9) sampai Rabu (4/9) malam, ke pantai Atlantik Florida sebelum bergerak ke utara di sepanjang pantai Georgia, dan Carolina.
Pusat Topan Nasional (NHC) menyebut Dorian mengecualikan hantaman langsung ke daratan AS. Jika tetap menerjang lepas pantai, badai mungkin tidak akan mengakibatkan penurunan permintaan bahan bakar yang biasanya mengikuti banjir badai dan pemadaman listrik.
Perusahaan energi Amerika Serikat juga mengurangi anjungan pengeboran selama sembilan bulan berturut-turut ke level terendah sejak Januari tahun lalu. Total produksi minyak mentah AS turun pada Juni untuk bulan kedua berturut-turut, menurut laporan Departemen Energi pada Jumat lalu (30/8).
September 03, 2019 at 07:35AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2UpvKR9
via IFTTT
No comments:
Post a Comment