REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Mantan Manajer Persibara Banjarnegara Lasmi Indriyani menolak untuk memenuhi panggilan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Lasmi lebih memilih menyerahkan kasus pengaturan skor kepada Satgas Antimafia Bola.
"Klien kami, saudari Lasmi Indriyani mendapat surat panggilan dari PSSI untuk menghadiri sidang Komite Disiplin PSSI yang akan digelar hari ini, pukul 14.00 WIB," kata kuasa hukum Lasmi Indriyani, Boyamin Saiman, Jumat (28/12).
Dalam surat tertanggal 24 Desember 2018 yang ditandatangani Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha, kata dia, mantan Manajer Persibara Banjarnegara itu akan dimintai pertanggungjawaban atas pernyataannya di media daring maupun acara "Mata Najwa". Boyamin mengaku telah berdiskusi dengan Lasmi Indriyani dan memutuskan untuk tidak memenuhi panggilan PSSI tersebut.
"Pokoknya kami tidak (akan) hadir karena menurut kami, relevansinya apa dan kebetulan ini (dugaan pengaturan skor dalam pertandingan sepak bola) sudah kami serahkan sepenuhnya ke satgas yang dibentuk Kapolri," katanya.
Dengan demikian jika pihaknya memenuhi panggilan PSSI, kata dia, justru akan terjadi tumpang tindih. Karena, menurut Boyamin, semua permasalahan tersebut sudah diserahkan ke penegak hukum dari Polri.
"Kami menghindari terjadinya tumpang tindih berbagai lembaga dan kepentingan lain (dalam penanganan dugaan pengaturan skor)," tegasnya.
Lebih lanjut, Boyamin mengatakan perkara dugaan permainan dalam pertandingan sepak bola (match fixing) telah ditangani oleh satgas yang dibentuk Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian. Sehingga, pihaknya menghormati dan mempercayakan sepenuhnya kepada penegak hukum.
Ia mengharapkan PSSI menghormati dan mendukung langkah Kapolri demi kemajuan sepak bola Indonesia sehingga PSSI semestinya tidak melakukan tindakan lain yang berpotensi intervensi dan mengganggu proses di Kepolisian. "Kami menghormati Kapolri, biar fokus perhatian semua ke sana. Kami berharap dari PSSI juga begitu, artinya ikut mendukung Kapolri. Kalau seperti ini (memanggil Lasmi Indriyani) justru mengganggu konsentrasi kita juga," katanya.
Lebih lanjut, dia menilai surat panggilan tersebut kurang layak. Karena, hanya ditandatangani Sekjen PSSI tanpa adanya tanda tangan Ketua Umum PSSI atau setidaknya ditembuskan sebagai laporan kepada Ketum PSSI.
"Sepengetahuan kami, Ratu Tisha tidak menghadiri panggilan dari Bareskrim Mabes Polri, sehingga perkenankan kami mencontoh atas tindakan tersebut, yaitu kami juga tidak bersedia hadir atas panggilan PSSI tersebut," katanya.
Selain itu, kata dia, Lasmi Indriyani bukan pengurus atau organ apa pun di PSSI meskipun sebelumnya pernah menjadi Manajer Persibara Banjarnegara. Saat ini, lanjut dia, kliennya bukan Manajer Persibara Banjarnegara lagi karena seluruh kegiatan sudah selesai sehingga Lasmi Indriyani menganggap dirinya sudah menjadi mantan manajer.
"Intinya, kami tidak akan menghadiri panggilan PSSI karena merasa tidak ada alasan, juga kalau mempertanggungjawabkan omongan, masak omongan dipertanggungjawabkan. Kalau memang mereka (PSSI) membantah, ya bantah saja di "Mata Najwa" atau di media massa atau apa," katanya.
Saat acara "Mata Najwa" yang disiarkan Trans7 pada hari Rabu (19/12), mantan Manajer Persibara Banjarnegara Lasmi Indriyani menceritakan tentang pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk berkompetisi di Liga 3 Asprov Jawa Tengah. Bahkan, nama salah seorang anggota Komite Disiplin PSSI, yakni Dwi Irianto alias Mbah Putih juga disebut Lasmi sebagai penerima dana.
December 28, 2018 at 04:08PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2GGzj1N
via IFTTT
No comments:
Post a Comment