REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis penyakit kanker masih diderita perempuan dan laki-laki di Indonesia dan akhirnya menyebabkan kematian.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Anung Sugihantono mengutip data Globocan yang menyebutkan di tahun 2018 terdapat 18,1 juta kasus baru dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian, dimana satu dari lima laki-laki dan satu dari enam perempuan di dunia mengalami kejadian kanker.
"Data tersebut juga menyatakan satu dari delapan laki-laki dan satu dari 11 perempuan, meninggal karena kanker," katanya saat pemaparan Hari Kanker Sedunia 2019, di Jakarta, Kamis (31/1).
Ia menyebut angka kejadian penyakit kanker di Indonesia yaitu 136,2 per 100 ribu penduduk berada pada urutan delapan di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke-23. Adapun angka kejadian tertinggi di Indonesia untuk laki – laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4 per 100 ribu penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per 100 ribu penduduk, yang diikuti dengan kanker hati sebesar 12,4 per 100 ribu penduduk dengan rata-rata kematian 7,6 per 100 ribu penduduk.
Sedangkan angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100 ribu penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100 ribu penduduk yang diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100 ribu penduduk.
Sementara itu berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas), ia menyebut prevalensi tumor/kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1.000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1.000 penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi adalah di provinsi Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 79 per 1.000 penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1.000 penduduk.
Untuk pencegahan dan pengendalian kanker di Indonesia, khususnya dua jenis kanker terbanyak di Indonesia, yaitu kanker payudara dan leher rahim, pemerintah telah melakukan berbagai upaya antara lain deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun dengan menggunakan metode Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) untuk payudara dan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) untuk leher rahim.
“Selain upaya diatas, Kementerian Kesehatan juga mengembangkan program penemuan dini kanker pada anak, pelayanan paliatif kanker, deteksi dini faktor risiko kanker paru, dan sistem registrasi kanker nasional,” katanya.
February 01, 2019 at 01:00AM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2G0yhNg
via IFTTT
No comments:
Post a Comment