REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, kembali melakukan kunjungan kerja ke DI Yogyakarta. Kali ini, kunjungan kerja dilakukan berfokus sebagai koordinasi pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA).
Ia menerangkan, kunjungan kerjanya kali ini memang untuk mengordinasikan proyek di NYIA di Kabupaten Kulonprogo agar berjalan baik. Budi menekankan, NYIA akan beroperasi bila dilengkapi kereta api. "Apa yang kita lakukan sekarang, sekarang ini persentasenya sudah 30 persen, kita merencanakan operasinya pada 2020," kata Budi di Bandara Adisutjipto, Ahad (20/1).
Bagi Budi, yang menggembirakan justru tentang Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, telah mengusulkan nama New Yogyakarta International Airport (NYIA). Tentu, penggunaan nama itu akan melalui satu proses.
Usulan itu tinggal menanti persetujuan dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Tapi, Budi berpendapat, jika Sultan sudah menyetujui usulan nama itu, banyak elemen akan setuju, sehingga tinggal persetujuan Kemenhub.
Pada kesempatan itu, ia turut mengonfirmasi kabar potensi tsunami di NYIA yang diklaim sudah menjadi antisipasi Kemenhub. Budi mengungkapkan, pakar-pakar dari Jepang, ITB dan UGM sudah ditunjuk mempersiapkan antisipasi.
"Kita sudah memperhitungkan dengan skala tsunami yang besar, bandara tetap bisa eksis secara struktur dan secara antisipasi kita sudah menyiapkan mitigasinya," ujar Budi.
Salah satu mitigasinya, pembangunan level pertama NYIA akan dibuat praktis dan fleksibel. Sehingga, mitigasi bencana tsunami membuat para penumpang bisa naik ke atas dengan ketinggian/floor to floor delapan meter.
Jadi, ia merasa potensi tsunami sudah memiliki mitigasi, baik dari struktur maupun bagaimana operasional dapat berjalan. Daerah pinggirannya akan pula ditanami pohon-pohon dan gundukan-gundukan demi menurunkan kekuatan tsunami.
Terkait mitigasi bencana, ia menilai, bangunan-bangunan yang ada di NYIA sudah diperkirakan tahan gempa hingga 8,8 skala richter. Untuk tsunami di 12 meter, sudah dipersiapkan dan dimitgasi.
Terlebih, keberadaan lantai dua atau di atas 15 meter, diperkirakan akan tetap membuat penumpang aman jika terjadi tsunami. Selain itu, mereka mengaku telah pula berkoordinasi dengan Pemkab Kulonprogo.
"Untuk kawasan Pantai Glaga sampai Pantai Congot akan menjadi kawasan penyangga bandara, sehingga kita bisa temui vegetasi tertentu yang saat terjadi tsunami energinya sudah bisa diserap atau dikurangi," ujar Tauchid.
Tapi, yang lebih penting lagi, ia berharap area itu tidak menjadi tambak karena akan mengundang burung-burung yang akan mengganggu operasional penerbangan. Itu akan menjadi komponen penting untuk keselamatan penerbangan.
January 20, 2019 at 11:35PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2RVFq70
via IFTTT
No comments:
Post a Comment