REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Program dakwah Laznas Baitul Maal Hidayatullah (BMH) ke masyarakat pedesaan di Jawa Barat mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Apresiasi tersebut antara lain datang dari Sekolah Tinggi Agama Islam Persis (STAIPI) Bandung dan Alumni Asy-Syifa Universitas Padjadjaran Bandung.
“Alhamdulillah, STAIPI Bandung dan Alumni Asy-Syifa Unpad bersinergi dengan BMH untuk mencerdaskan umat melalui program dakwah dalam bentuk bakti sosial dan penyerahan Alquran terjemahan bahasa Sunda. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Desa Cisewu, Girimukti, Karang Sewu, Mekar Sewu, Pamalayan dan desa lainnya di Kecamatan Cisewu Garut Jawa Barat, Sabtu (9/2),” terang Kadiv Program dan Pemberdayaan BMH Perwakilan Jawa Barat, Yusef Suhendar, melalui rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (11/2).
Alquran dengan terjemahan Bahasa Sunda diharapkan dapat mendorong antusiasme warga di dalam membaca dan memahami Alquran.
“Alquran ini kami anggap relevan dengan kebutuhan masyarakat yang memang belum terbiasa atau mungkin belum begitu mengerti bahasa Indonesia. Sekaligus mendorong generasi muda untuk tetap menghidupkan bahasa Sunda di dalam keseharian, termasuk kala belajar memahami Alquran,” imbuh Yusef.
Program dakwah yang dirancang BMH selalu selaras dengan semangat pembangunan berkelanjutan (SDGs). “Jadi, bakti sosial ini adalah variasi program yang dipusatkan di Kampung Sodong, Desa Girimukti di Kecamatan Cisewu. Karena Alhamdulillah, sudah ada seorang dai yang bertugas di sini membina masyarakat. Program ini sudah berjalan selama enam bulan, dan seminggu sekali Mahapala (Mahasiswa Pecinta Alam) STAIPI bergantian ditugaskan ke sini untuk membantu dai tangguh BMH di sini, Ustadz Nurdin dalam berdakwah,” urai Yusef.
Dalam kesempatan ini, telah disalurkan amanah Aquran terjemah Bahasa Sunda sebanyak 100 eksemplar, kemudian bantuan sembako bagi 30 kepala keluarga (KK), serta paket pendidikan untuk anak-anak sekolah.
Yusef menjelaskan, untuk sampai ke desa ini, dibutuhkan stamina yang prima. Selain cukup jauh dari Bandung, dalam upaya sampai ke desa tersebut, tim mesti rela berjalan kaki dengan memikul dan memanggul beban.
“Di sini memang kondisinya luar biasa. Dari Kota Bandung menuju Kecamatan Cisewu ini memakan waktu lima jam, itu pun hanya sampai jalan raya. Untuk bisa sampai di kampung yang dituju, tim harus rela berjalan kaki sejauh tiga kilometer dengan menaiki perbukitan yang sangat terjal, licin dan berliku. Padahal, kami membawa logistik dan Alquran yang lumayan banyak. Tapi, semua seakan terbayar setelah tiba di puncak melihat pemandangan berupa hamparan sawah air terjun, serta harapan warga akan kebaikan yang siap disalurkan ini,” papar Yusef.
February 11, 2019 at 02:48PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2GldG6n
via IFTTT
No comments:
Post a Comment