Pages

Tuesday, April 16, 2019

Jejak Jalur Darat Haji Yordania Warisan Umayyah-Ottoman

IHRAM.CO.ID, AMMAN — Sebelum pengembangan skala besar perjalanan udara, rute ibadah haji di Yordania masih mengandalkan rute darat. Rute ibadah haji mulai berkembang, karena pekerjaan konstruksi Ottoman dan jaringan benteng pelindung.  

Baca Juga:

Seperti dilansir di The Jordan Times pada Selasa (16/4), sebuah penelitian yang mempelajari rute kuno ibadah haji mengungkapkan, pembangunan kamp-kamp jamaah memperlihatkan rekonstruksi skala besar dari lanskap alam selama periode tersebut.

Rute haji Umayyah dan Abad Pertengahan adalah jalan darat yang merangkum topografi dan menggabungkan bentangan Jalan Raja dan Via Nova Traiana. Namun, rute Ottoman dan bentengnya dibuat secara artifisial.  

Sejak 2014, peneliti Claudine Dauphin mensurvei dan memetakan enam kamp haji Abad Pertengahan dan 12 kamp yang digunakan ibadah haji Ottoman di Yordania melalui proyek yang berafiliasi dengan Dewan Penelitian Inggris di Levant. 

Proyek penelitian itu didanai Yayasan Augustus dan Dana Eksplorasi Palestina. Proyek itu dikerjakan bersama Pakar GIS Tunisia, Mohamed Ben Jeddou dan Departemen Purbakala.

Rute Ottoman masuk ke pedalaman di semi-gurun. Rute itu sebagai sistem pertahanan pantai Laut Merah di Saudi untuk menggagalkan ambisi Portugis terhadap supremasi di Teluk Persia dan di Laut Merah, membentuk jalur komunikasi yang kuat dan langsung antara Hijaz, Suriah, Anatolia, dan ibu kota Ottoman.

Peraih gelar PhD dari Universitas Edinburgh itu mengatakan sebagian jalur tanah mulai diganti jalur kereta api pada 1910. Jalur itu membuat perjalanan haji lebih cepat.

Jalur itu merupakan proyek Sultan Abdülhamid II dan didanai iuran di dunia Muslim. Sayangnya, proyek itu tidak disukai orang Badui setempat. Mereka menyebut proyek kereta api itu sebagai "keledai setan", karena Sultan telah berhenti membayar karavan. 

Selain itu, benteng haji di Yordania membentuk pertahanan terakhir terhadap kemungkinan invasi oleh kekuatan Barat, atau dari 1882 hingga 1914. Kapal-kapal angkatan laut Inggris menguasai Mediterania timur, yang menjadi pangkalan di Mesir. Konsolidasi dari dominasi Ottoman atas subyek Sultan Arab dikaitkan dengan kontrol ancaman Badui.  

Benteng Ottoman dari Darb Al Haji Al Shami merupakan garis pertahanan pertama di timur, terhadap serangan suku Badui. Sebab, ada bahaya yang meningkat karena kekeringan pada akhir abad ke-17. Hal itu, mendorong masuknya gelombang suku baru ke barat.

Selain jalan itu, proyek pembangunan yang terkait dengan jembatan di atas wadi kecil memiliki ancaman banjir bandang saat musim dingin.

Dari penemuan-penemuan arkeologis itu, tidak ditutup kemungkinan adanya rekonstruksi kamp-kamp ibadah haji di persinggahan, di Darb Al Haji di Yordania. Subdivisi internal dari sebuah kamp Badui didasarkan pada klan, sedangkan kamp haji berkaitan dengan sosial hierarki dan kebangsaan. 

“Di daerah yang luas, perkemahan mengelilingi sebuah benteng. Di tengah-tengah lingkaran ini, di sebelah benteng, tenda-tenda resmi menjadi tuan rumah Emir al-Hajj, Kiswa, Mahmal, dan harta karun,” tulis Dauphin. 

Selain itu, dalam setiap sub-bagian terdapat deretan tenda jamaah berbentuk segitiga. Terdapat juga perapian dasar untuk memasak. Di luar kamp inti, terdapat tenda-tenda pedagang dan pemasok barang-barang lainnya untuk jamaah.

Kafilah haji membawa serta ribuan hewan, terutama unta, yang diparkir dalam jumlah besar. Antara periode Mamluk dan Ottoman, lanskap alam terbentang di sepanjang rute haji Ottoman.  

Berita Terkait

Tim penelitian menekankan pendekatan holistik dengan menggabungkan survei lapangan, interpretasi foto dari cakupan udara RAF Inggris, citra satelit dan sumber-sumber sejarah. Hasil penelitian itu menjadi yang pertama dalam Arkeologi Lansekap Islam. 

Let's block ads! (Why?)



April 16, 2019 at 05:53PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2PcGG1H
via IFTTT

No comments:

Post a Comment