REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertamina EP membukukan catatan keuangan yang positif sepanjang kuartal I 2019. Direktur Operasi dan Produksi Pertamina EP, Chalid Said Salim mengatakan perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar 693 juta dolar AS. Pendapatan tersebut naik dibandingkan periode yang tercatat sebesar 675 juta dolar AS.
Pendapatan tersebut diperoleh perusahaan dari penjualan minyak senilai 353,54 juta dolar AS dan gas sebesar 339,56 juta dolar AS. "Laba kami juga naik dari 140 juta dolar AS pada kuartal I 2018 menjadi 167 juta dolar AS pada kuartal I 2019,” ujar Chalid, Kamis (18/4).
Chalid mengatakan peningkatan pendapatan dan laba bersih ditopang oleh peningkatan produksi minyak dari 74.500 BOPD pada kuartal I 2018 menjadi 82.000 BOPD pada kuartal I 2019. Peningkatan kinerja juga ditopang oleh kenaikan harga jual Indonesian crude price (ICP).
Pada awal 2018, ICP sebesar 48 dolar AS per barel. Di akhir 2018, harganya tembus 70 dolar AS per barel dan terus bertahan dengan kecenderungan fluktuatif pada kuartal I 2019.
"Sedangkan asumsi harga gas 6,08 dolar AS per MSCF,” ujarnya.
Di luar itu, Pertamina EP juga melakukan optimasi penerapan full development secondary recovery di struktur Rantau, Jirak, Ramba, Belimbing, dan Tertiary Recovery di struktur Tanjung. Kegiatan lainnya adalah menurunkan loss production opportunity akibat unplanned shutdown surface facilities, maksimum 330 BOPD.
“Kami juga berupaya untuk monetisasi gas dari struktur Sei Gelam, Sangetti, Haur Gede, Kayu Merah, North Kedung Tuban, Tapen, Suci, dan Trembul untuk peningkatan lifting gas,” katanya.
April 18, 2019 at 02:44PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2ZkjnYw
via IFTTT
No comments:
Post a Comment