REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semua Murid Semua Guru kembali hadir dengan diskusi bertajuk 'Memilih Sekolah untuk Anak'. Di dalam diskusi tersebut, hadir narasumber-narasumber yakni Nirina Zubir, Suryan Widati istri dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Nur Adhriyah dari Keluarga Peduli Pendidikan (Kerlip), dan Bettu Nurbaeti dari Komunitas Rumah Pencerah.
Nirina Zubir, salah satu narasumber yang juga merupakan pekerja seni, menilai pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk anak. Ia mengisahkan kehidupannya sendiri yang sempat hampir tidak ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.
Pada saat itu, begitu lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), Nirina sudah mendapatkan tawaran pekerjaan. Sempat terpikir untuk tidak melanjutkan kuliah. Keinginan tersebut juga telah ia ungkapkan kepada orang tuanya.
Namun, lanjut dia, orang tuanya sangat keras terkait pendidikan dan mewajibkan Nirina untuk meneruskan pendidikan. "Waktu itu dikerasin sama orang tua, bilang nggak boleh, katanya walau kamu punya kesempatan sekarang tapi kamu lihat nanti jauh ke depan," kata Nirina, mengisahkan pesan orang tuanya kala itu.
Berlatar belakang kisah tersebut, Nirina yang tadinya tidak terlalu memikirkan pentingnya pendidikan tinggi akhirnya setuju untuk melanjutkan kuliah. Hingga saat ini, ia juga menginginkan anak-anaknya untuk bisa bersekolah hingga jenjang yang tinggi.
"Jadi walaupun saya ada di dunia entertainment, tapi paling nggak punya background pendidikan sampai titik tertentu. Jadi saya nilai masih penting," kata Nirina.
Ia juga menilai saat ini di era teknologi orang tua dimudahkan untuk mencari informasi mengenai pendidikan. Apabila pada masa lalu orang tua harus bertanya ke keluarganya terkait ilmu parenting, saat ini di internet telah banyak informasinya.
Hal senada diungkapkan Suryan Widati atau yang biasa dipanggil Wida. Istri Muhadjir Effendy ini menilai saat ini orang tua sangat beruntung karena banyak sumber belajar yang memudahkan mereka.
"Kita beruntung sekali karena menghadapi sumber-sumber belajar yang membuat kita mudah menyampaikan yang kita inginkan," kata dia.
Menurut Nirina, memilih sekolah untuk anak juga bukan hal yang sederhana. Usia dan kesiapannya harus benar-benar dipikirkan sebelum memutuskan untuk menyekolahkan anak.
Ia pun menceritakan pengalaman menyekolahkan anak pertamanya. Ibu dua anak ini sangat memikirkan kesiapan usia anaknya, setelah itu perlu mengetahui sekolah yang tepat. Pada masa kini, menurut Nirina, begitu banyak sekolah yang bagus namun belum tentu sekolah bagus itu cocok untuk anaknya.
"Karena era informasi yang banyak sekali ini kita bingung. Setelah ditentukan umur berapa, lalu kemana ya sekolahnya? Banyak langkah-langkahnya," kata Nirina.
Terkait dengan memilih sekolah, para ibu ini setuju bahwa survei harus dilakukan. Memilih sekolah untuk anak tidak bisa dilakukan secara acak karena ada banyak pertimbangannya. Hal yang perlu dipikirkan antara lain adalah pertimbangan biaya, pertimbangan jarak, dan minat anak.
Selain mempertimbangkan hal tersebut, penting untuk dipikirkan keinginan anak. Jangan sampai orang tua egois menentukan sekolah tanpa mendengar pendapat dari anak. Sebab, anaklah yang nantinya akan menjalani hari-harinya di sekolah.
Komunikasi antara anak dan orang tua harus terus dilakukan. Apabila nantinya anak memiliki masalah di sekolah orang tua harus mendengarkan dan memberikan kekuatan untuk anaknya. Orang tua juga harus mengkomunikasikan dengan orang tua yang lain atau pihak sekolah ketika memiliki masalah.
April 30, 2019 at 05:02PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2V6xHFm
via IFTTT
No comments:
Post a Comment