Menjelang pesta demokrasi berbagai cara dilakukan untuk memperbanyak dukungan. Membuat kaos bertuliskan nama dan foto petahana, memasang spanduk dan baliho di pinggir jalan sampai pusat kota, menggelar konser, dan tak lupa membagikan sumbangan dan sembako yang dianggap ampuh untuk menarik suara.
Tidak hanya itu, karena suara rakyat sangat menentukan kemenangan, bahkan ada yang membuat fitnah untuk menjatuhkan rivalnya. Maka mengadu domba antara masyarakat dan ormas tersebut menjadi senjata untuk menghabisi lawan.
Dalam Islam meraih dukungan tak perlu menjatuhkan lawan dengan cara tak elegan. Tapi dengan menyodorkan solusi atas gunungan masalah yang menimpa rakyat. Ketika ekonomi Indonesia meroket ke bawah, tawarkan solusi ekonomi Islam yang rapi dalam membagi, mengatur, dan mengelola tiap kepemilikan (Individu, umum, negara) sehingga barang yang dibutuhkan bisa terdistribusi secara merata dengan harga yang relatif murah.
Ketika output pendidikan Indonesia jauh dari kata intelek dan bermoral, tawarkan Sistem Pendidikan Islam yang menjadikan aqidah Islam sebagai dasar pendidikan. Dimana puncaknya ilmu adalah iman, yang ketika mempelajari alam, geografi, fisika nantinya akan dikaitkan dengan aqidah islam, sehingga bertambah Iman pelajar. Ketika iman bertambah , tentu terbentuknya akhlak yang ahsan akan beriringan.
Yang pada intinya tak perlu masing-masing petaha melemparkan tuduhan untuk menjatuhkan lawan. Karena bukankah kekuasaan ini merupakan beban besar yang akan dimintai pertanggungjawaban?
Lantas untuk apa diperebutkan jika ujungnya kesengsaraan rakyat batal terangkat?
Pengirim: Safitri Fathin Rahayu, Mengajar di Ponpes Al mabda' Al islamiy, Semarang
April 03, 2019 at 07:54PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2K1u5PX
via IFTTT
No comments:
Post a Comment