REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah telah memerintahkan agar dalam hidup ini kita meraih keutamaan akhlak (akhlakul karimah). Caranya bisa dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, sebaik yang dapat kita lakukan, dengan kemampuan kita.
Alquran sendiri telah mengingatkan kepada kita bagaimana meruginya orang-orang yang melakukan perbuatan-perbuatan tercela dan terlarang yang bertentangan dengan perintah agama. "Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran," demikian firman Allah dalam surat Al-Ashr 1-3.
Allah mengingatkan tentang manusia yang merugi itu, karena Islam berpandangan bahwa kehidupan manusia di dunia ini hanyalah perantara menuju kehidupan yang abadi. Dalam pengertian bahwa hidup kita tidak hanya terbatas pada kematian. Karena apa yang kita peroleh dalam kehidupan abadi di akhirat kelak, merupakan hasil dari kualitas moral kita yang baik dan amal saleh yang kita kerjakan di dunia selama kita hidup.
Khusus dalam bulan Ramadhan ini, yang merupakan bulan untuk menabung amal, kita dituntut lagi untuk meningkatkan amal saleh dan kebajikan. Begitu tingginya nilai bulan suci ini sehingga Nabi SAW sendiri menyatakan. "Jika seseorang mengetahui bagaimana besarnya pahala puasa, ia akan menginginkan setiap bulan adalah Ramadhan."
Ini disebabkan, karena demikian besar pahala-pahala kebajikan maupun ibadat yang kita lakukan di bulan Ramadhan. Disebutkan bahwa dalam bulan suci ini, pahala-pahala nafilah (seperti salat sunnah dsb.), sama dengan pahala fardlu di bulan-bulan lain. Ini merupakan bukti begitu tingginya penilaian Allah terhadap amalam kita di bulan Ramadhan.
Apalagi di bulan ini terasa adanya kemudahan dan semangat untuk melaksanakan amal-amal kebajikan yang jauh melebihi bulan-bulan lain. Sebabnya ialah hawa nafsu, yang bermalas-malasan dalam mengerjakan ibadah, kini dalam keadaan terpenjara oleh lapar dam dahaga. Demikian juga setan. Karena itulah Nabi mengatakan, "Ada dua kegembiraan (keutamaan) yang didapati orang yang berpuasa. Pada saat berbuka dan saat menemui Tuhannya."
Dalam melaksanakan amal saleh itu, tentu saja tidak terbatas pada amalan-amalan yang bersifat ritual, seperti salat dan zikir. Tapi kita juga dituntut melakukan ibadah-ibadah yang bersifat muamalah, seperti menolong fakir miskin dan berbagai kebajikan sosial dan kemasyarakatan lainnya. Bukankah tugas-tugas kebajikan ini nantinya juga akan sangat menentukan kualitas amal kita di hadapan Allah SWT kelak, sehingga kita tidak menjadi orang yang merugi.
May 22, 2019 at 06:27PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2ErHBap
via IFTTT
No comments:
Post a Comment