REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di Benteng Bust itu terdapat tiga bangunan utama, yaitu Istana Utara, Tengah, dan Selatan. Istana Tengah diperkirakan dibangun pertama kali pada era Samaniyah. Bangunan ini berbentuk persegi dengan ukuran 32 x 52 menara dengan sebuah menara bundar sebagai penopang di setiap sudutnya. Bangunan ini terdiri atas dua lantai, lantai dasar dan lantai atas, meskipun keduanya tidak dihubungkan dengan tangga.
Istana Tengah terdiri atas dua lantai yang dibagi menjadi kuadran dengan koridor berkubah sebagai pembatasnya dan bertemu di tengah sebuah sumur. Setiap kuadran memiliki tata letak ruangan yang unik dengan ukiran yang sesuai dengan tujuan pembangunan ruangan tersebut. Enam dari tujuh ruangan di lantai dasar di sebelah timur dapat dimasuki dari luar, sementara ruangan-ruangan di barat hanya bisa diakses dari dua pintu di koridor utara-selatan.
Istana Utara berbentuk persegi dengan ukuran 90 x 100 meter. Bangunan itu dilindungi oleh dinding dan ditopang oleh 15 menara semi lingkaran. Empat di antaranya berada di sudut bangunan. Bangunan ini dapat dimasuki melalui pintu utara dan selatan. Di dalam dinding ini terdapat sebuah halaman dalam yang dibatasi oleh jalan kecil.
Bangunan terbesar adalah Istana Selatan yang diidentifikasi sebagai istana milik Mahmud Ghazni, sang pendiri Dinasti Ghaznawiyah. Istana itu diselesaikan oleh penerusnya, Mas’ud I, pada 1036 M. Bangunan tinggi itu berdiri berbentuk persegi, 52 x 35 m, dan dibangun di tengah-tengah halaman terbuka menuju iwan-iwan utama. Di sudutnya terdapat menara penopang yang menjulang sepanjang 16 meter.
Istana Selatan diperluas selama periode Ghurid untuk menambahkan segmen ke arah barat dan menggeser dindingnya ke tepi Sungai Helmand. Istana ini dibuat dari campuran batu bata yang dibakar dan kayu serta diperkuat dengan pondasi batu. Dindingnya diukir dan dilukis dengan gaya Ghurid.
Halaman dalamnya memiliki luas 50 x 63 meter dan memiliki iwan di empat sudutnya. Dari sisi timur ke barat dibangun koridor dengan delapan lengkungan menuju enam kamar dan tangga di sudutnya. Iwan bagian barat terbuka menuju taman berdinding. Iwan bagian barat merupakan penambahan pada masa Ghurid yang terdiri atas ruang mandi istana. Di sisi timur halaman terdapat enam ruang identik.
Di sayap utara istana ini terdiri atas empat apartemen. Dua apartemen terletak di sisi iwan besar berdiri dan dua yang lain terletak di belakang iwan, terpisah oleh aula besar. Aula ini melayani fungsi administratif yang dapat diakses dari iwan utara melalui ruang depan atau dari dua apartemen yang menyatu dengannya.
Istana itu dapat dimasuki melalui pintu utama di sebelah selatan yang langsung menuju halaman melalui aula berbentuk silang. Di seberang halaman terdapat sebuah iwan besar yang membawa pengunjung menuju titik tempat melihat keindahan sungai. Jika menuju tempat tersebut, pengunjung harus melewati gang terlebih dahulu.
Iwan tersebut memiliki tangga menuju sungai di bawahnya. Bangunan ini sering dibandingkan dengan Bab al-Amma di Samarra meskipun bentuknya berbeda. Ruang pribadi ini dibuat menurun ke sisi barat halaman dan di dalamnya terdapat sebuah masjid kecil di sebelah selatan.
Interior istana itu kaya akan dekorasi semen, lukisan dinding, dan pahatan panel marmer. Di bagian timur istana ini terdapat taman berdinding yang berisi hewan-hewan. Sebagai tambahan, terdapat mansion pribadi yang lebih kecil yang dibangun dengan gaya yang sama, yaitu dengan iwan terbuka menuju halaman.
Lashkari Bazar pernah terbakar pada 1150-1151 selama penaklukan Ghurid oleh Ala al-Din Jahansuz atau Husein II (1149-1161) dan kemudian dibangun kembali oleh pemerintahan Ghurid. Bust dan Lashkari Bazar kembali dihancurkan oleh Khwarazmshah, tentara Mongol, pada awal abad ke-13.
Sisa bangunan Lashkari Bazar membentang sepanjang 1,4 km dan lebar 600 m di sepanjang Sungai Helmand, termasuk di dalamnya bangunan perumahan dan militer yang terbuat dari bata lumpur. Bangunan yang masih bertahan adalah istana yang dibentengi, Utara, Tengah, dan Selatan, yang dibangun di atas tebing menghadap sungai. Sisa bangunan tersebut sebagian digali pada 1949 dan 1951 oleh Delegasi Arkeologi Prancis, DAFA.
May 20, 2019 at 06:30PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2EizxJa
via IFTTT
No comments:
Post a Comment