REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, M Nasih tidak mempermasalahkan jika ada kelompok mahasiswa yang ikut terlibat dalam aksi 22 Mei, yang rencananya dipusatkan di Jakarta. Menurutnya, selama aksi tersebut dilakukan dengan cara-cara ilmiah, akademik, serta tidak bertentangan dengan aturan perundang-undangan yang ada maka mahasiswa boleh terlibat.
"Itu kan kalau ada. Tapi tentu kita nggak mendorong begitu (mahasiswa ikut aksi). Kalau ada, kita mendorong BEM melakukan aksinya itu secara ilmiah, secara akademik, secara objektif, dan tidak melakukannya secara inkonstitusional," kata Nasih ditemui di Kampus C Unair, Surabaya, Senin (20/5).
Nasih kembali menegaskan, tidak ada masalah jika ada mahasiswa terlibat aksi 22 Mei. Asalkan hanya sekedar menyampaikan ide, gagasan, serta mengunjukkan rasanya. Menurutnya, yang lebih penting dari itu adalah mahasiswa bisa memberikan ide dan pandangannya secara objektif.
"Yang penting melakukan proses pejuangan dan ikhtiarnya sesuai peraturan, dan tidak mengganggu, serta tidak anarkis. Saya pikir tidak ada masalah selama tidak melanggar peraturan dan perundang-undangan yang berlaku," ujar Nasih.
Nasih mengingatkan, setiap persoalan bisa diselesaikan dengan cara bermusyawarah dan dialog bersama. Menurut Nasih, cara mahasiswa saat ini, sejatinya bisa menyelesaikan masalah dengan cara musyawarah dan dialog. Nasih merasa, penyelesaian masalah dengan cara turun ke jalan, buka karakter mahasiswa di era milenial saat ini.
"Menurut kami penyelesaian masalah di jalanan kok rasa-rasanya bukan cara mahasiswa milenial, bukan cara mahasiswa revolusi industri 4.0. Sekarang kan caranya dengan berdialog, bermusyawarah, dan dengan tidak memaksakan kehendak masing-masing," kata Nasih.
May 20, 2019 at 02:29PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2wah2Ce
via IFTTT
No comments:
Post a Comment