Pages

Monday, July 8, 2019

Kala Piala Dunia Wanita Masih Jadi Milik Amerika

AS menjadi juara dengan penampilan impresif dengan menjebol gawang lawan 26 kali.

REPUBLIKA.CO.ID, LYON -- Tim nasional (timnas) sepak bola wanita Amerika Serikat (AS) mencetak sejarah setelah menjadi negara kedua yang mempertahankan gelar Piala Dunia Wanita, usai mengalahkan Belanda 2-0. Gelar itu juga merupakan yang keempat bagi AS, setelah menjuarai Piala Dunia Wanita pada tahun 1991, 1999, dan 2015.

Piala Dunia Wanita pun masih dikuasai Amerika. Apalagi dengan laju 12 kemenangan beruntun, mengalahkan tim mana pun baik Piala Dunia kategori pria maupun wanita. AS menjadi juara turnamen ini dengan penampilan impresif karena telah menjebol gawang lawan sebanyak 26 kali.

Hasil itu membuat AS memecahkan rekor catatan gol terbanyak dalam satu kompetisi pada ajang Piala Dunia Wanita. Produktivitas AS itu tidak terlepas dari performa dua ujung tombak AS, yaitu Megan Rapinoe dan Alex Morgan yang sama-sama mencetak enam gol.

Namun yang berhak meraih Golden Boot adalah Rapinoe, karena ia membutuhkan waktu yang lebih sedikit dari Morgan dan pemain Inggris Ellen White. Rapinoe juga menjadi pemain kedua dalam sejarah yang menjadi starter pada final Piala Dunia Wanita, yaitu 2011, 2015, dan 2019, setelah pemain Jerman Birgit Prinz pada 1995, 2003, dan 2007.

''Sungguh tidak dpat dipercaya mengetahui semua orang berada di tim ini bekerja sangat keras. Kami semua di sini teman dan keluarga,'' ujar kapten AS, Rapinoe, dikutip dari BBC, Senin (8/7).

AS memang sudah superior sejak awal kompetisi. Skuat Paman Sam memenangkan semua laga di fase grup, termasuk menang besar 13-0 atas Thailand, yang merupakan skor terbesar dalam sejarah Piala Dunia Wanita.

Setelah itu, AS menumbangkan Swedia dan Cile. Lolos ke babak 16 besar, laju kemenangan skuat asuhan Jill Ellis ini berlanjut. AS mengalahkan Spanyol 2-1 di babak 16 besar. Bahkan setelah itu, Rapinoe dkk menumbangkan tuan rumah Prancis 2-1, dan Inggris di semifinal.

Tampil di final, AS berjumpa dengan Belanda yang belum pernah tampil di final. AS pun tampil dominan atas Belanda.

Beruntung, kiper Belanda Sari van Veenendaal tampil gemilang. Sehingga AS hanya dapat menang 2-0. Veenendaal paling tidak melakukan delapan penyelamatan krusial, termasuk beberapa di antaranya satu lawan satu. ''Ini adalah tim yang diisi pemain luar biasa, mereka menunjukkan perjuangan yang fantastis,'' ucap Ellis.

Menurut Ellis, para pemainnya menjalani kompetisi ini dengan sepenuh hati dan jiwanya. Sehingga, lanjutnya, terima kasih saja tidak cukup untuk mengungkapkan rasa syukurnya. ''Saya bisa saja bicara setelah pertandingan. Tapi saya mengatakan bahwa mereka telah membuat sejarah dan nikmatilah,'' ujar dia.

Pelatih Belanda Sarina Wiegman mengaku bangga meski timnya kalah di final. Menurut dia, sejak 2017, Belanda telah melakukan pekerjaan yang bagus untuk membangun tim sepak bola wanitanya. Kekalahan atas AS, Wiegman menuturkan, dinilai memang karena lawannya tersebut tampil lebih baik.

Dengan bermain di final, Belanda juga lolos ke Olimpiade untuk pertama kalinya. ''Saya bangga bahwa kami berada di peringkat kedua di dunia. Tapi kami masih dapat lebih baik. Ada potensi yang tingi di tim ini. Pemain kami rata-rata 26 tahun, jadi masih banyak pemain yang akan terus berkembang,'' tegas Wiegman dikutip dari inidianexpress.

Let's block ads! (Why?)



July 09, 2019 at 07:15AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2JCnDf4
via IFTTT

No comments:

Post a Comment