REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Pardan Syafrudin
Suatu hari, ulama terkemuka bernama Imam Nawawi dipanggil Raja azh-Zhahir Bebris untuk menandatangani sebuah fatwa. Imam Nawawi yang bertubuh kurus dan berpakaian sangat sederhana pun datang memenuhi undangan sang raja. Tanda tanganilah fatwa ini, perintah Raja Bebris sembari meremehkan. Imam Nawawi membacanya dan menolak untuk membubuhkan tanda tangan.
Raja pun marah dan bertanya, Mengapa? Imam Nawawi menjawab, Karena fatwa ini berisi kezaliman yang nyata. Raja semakin murka, Pecat ia dari semua jabatannya! Para pembantu raja berkata, Ia tidak punya jabatan sama sekali. Raja sebenarnya ingin membinasakanya, akan tetapi Allah menghalanginya.
Mengapa baginda tak membunuhnya, padahal dia sudah bersikap demikian? tanya para pembantu raja. Demi Allah, aku sangat segan padanya, jawab sang raja. Kisah di atas menggambarkan betapa Imam Nawawi sebagai seorang ulama dan guru umat berani mengatakan kebenaran di depan penguasa zalim.
Secara tegas, Imam Nawawi menolak fatwa yang berisi rencana pemerintah yang hendak memungut infak wajib dari masya ra kat demi keberlangsungan roda pemerintahan. Padahal, ketika itu para pejabat dan keluarganya hidup bersenang-senang de ngan memakai perhiasan berlebih serta menggunakan fasilitas negara seenaknya, sementara rakyatnya hidup dalam kesusahan.
Keberanian Imam Nawawi patut kita jadikan teladan. Ia adalah sosok guru yang berani mengungkapkan pendapatnya yang berseberangan dengan keinginan penguasa zalim. Sosok ulama dan guru seperti inilah yang saat ini kita butuhkan. Tokoh seperti inilah yang layak dijadikan wakil rakyat, yang dapat membela dan menyampaikan aspirasi rakyat, bukan sebaliknya.
Imam Nawawi adalah sosok guru yang zuhud, wara, takwa, sederhana, kanaah, serta berwibawa. Ia menggunakan banyak waktu dalam ketaatan. Ia sering tidak tidur malam untuk ibadah atau menulis, juga menegakkan amar makruf nahi munkar, termasuk kepada para penguasa. Sering kali ia menulis surat berisi nasihat untuk pemerintah dan pejabat dengan menggunakan tutur kata yang baik.
Masyarakat yang sezaman dengan imam Nawawi memberinya gelar Muhyiddin (yang menghidupkan agama). Ia adalah sosok ulama dan guru umat yang diidam-idamkan. Ya Allah, utuslah kepada kami guru yang benar-benar pewaris para nabi. Amin.
July 10, 2019 at 07:37AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2G29B5q
via IFTTT
No comments:
Post a Comment