REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Atma Jaya menemukan skor rendah pada pemeriksaan saraf penciuman bisa menjadi prediktor prademensia. Dari penelitian juga diketahui bahwa gangguan saraf penciuman yang tidak disadari, bisa menjadi tanda awal proses penuaan di otak dan menjadi faktor risiko demensia.
Penelitian itu berjudul Enhancing Diagnostic Accuracy of aMCI in the Elderly: Combination of Olfactory Test, Pupillary Response Test, BDNF Plasma Level and APOE Genotype tahun 2014 dan sempat dimuat pada International Journal of Alzheimer Disease.
Dekan Fakuktas Kedokteran dan Kesehatan UNIKA Atma Jaya Dr Yuda Turana menjelaskan, pemeriksaan saraf penciuman biasanya menggunakan aroma yang familiar di masing-masing negara, begitupun di Indonesia. Ada 9 jenis aroma yang biasa diujicobakan di Indonesia antara lain kayu putih, menthol, kopi, melati, tembakau, pandan, kapur barus, cokelat dan jeruk.
"Bila pasien tidak mampu mengidentifikasi jenis aroma padahal tidak sedang pilek atau gangguan hidung lain, maka kemungkinan besar itu sebagai prediktor prademensia," kata Yuda dalam sebuah seminar di RS Atma Jaya Jakarta, Selasa (9/7).
Demensia adalah sebuah sindrom yang berkaitan dengan penurunan kemampuan fungsi otak, sindrom ini umumnya menyerang orang-orang lansia di atas 65 tahun. Sedangkan prademensia atau mild cognitive impairment (MCI) adalah penurunan kemampuan otak seiring bertambah usia, jadi jika pada usia 30 tahun sudah sering lupa maka diprediksi saat usia menjelang 40 akan masuk tahap prademensia.
Ironisnya, menurut Dr Yuda, belum ada obat yang bisa menyembuhkan demensia. Sejauh ini yang bisa dilakukan hanya memperlambat demensia, dengan cara menghindari faktor risiko dan melakukan deteksi dini.
Menghindari faktor risiko bisa direalisasikan dengan menerapkan pola hidup sehat sejak masa muda. Itu bisa menentukan kesehatan otak di masa tua.
"Tanpa sadar semua investasi yang sudah mulai anda lakukan sekarang sangat bergantung pada satu hal utama yaitu ketangkasan intelektual anda. Investasi otak adalah bagaimana tetap menjaga otak Anda sehat dan produktif," kata dia.
Karena itu, untuk memastikan kondisi kesehatan otak perlu dilakukan pemeriksaan, terutama untuk individu yang memiliki faktor risiko seperti hipertensi dan diabetes. Pemeriksaan medical chek up harus dilakukan secara komprehensif termasuk deteksi dini kerusakan otak.
"Jadi dalam konteks proses penuaan di otak, setiap orang saat usia 40 tahun sebaiknya sudah pernah melakukan medical chek up atau umur yang lebih muda namun dengan faktor risiko obesitas, dan lainnya," kata dia.
July 10, 2019 at 07:38AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2XET90K
via IFTTT
No comments:
Post a Comment