Pages

Saturday, December 29, 2018

Pasar Labuan di Pandeglang Mulai Pulih

Sejumlah pedagang masih membersihkan tokonya.

REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG -- Pasar Labuan, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, mulai kembali beraktivitas H+7 pascatsunami. Beberapa toko telah dibuka, meski sebagian besar masih terlihat sepi.

Diki Waludin (18 tahun), salah satu pedagang pakaian di Pasar Labuan, terlihat sedang membersihkan barang dagangannya yang kotor dan terkena lumpur. Lantai tokonya pun terlihat baru saja dibersihkan.

"Baru hari ini buka, dari tadi pagi," kata dia saat ditemui Republika.co.id, Sabtu (29/12).

Meski telah buka, hari itu toko pakaiannya belum beroperasi melayani pembeli. Sejak pagi, ia bersama dua rekannya hanya membersihkan barang-barang yang kotor terendam air.

Menurut dia, air yang datang bukan akibat tsunami, melainkan banjir yang melanda Kecamatan Labuan H+3 pascatsunami. "Di sini mah kotor gara-gara air banjir. Tsunami mah gak sampai sini. Ini semua baru dibersihin, belum ada transaksi," kata dia.

Saat banjir terjadi, toko pakaian yang berada di pusat Pasar Labuan itu terendam hingga satu meter. Akibatnya, barang-barang yang berada di bawah basah dan tercampur lumpur.

Beberapa barang itu di antaranya pakaian, celana dalam, sprei, dan selimut. Menurut dia, barang-barang itu masih bisa digunakan kembali, setelah dicuci terlebih dahulu.

"Semua ini masih bisa dijual. Masih bisa dipake semua. Paling di-laundry saja," kata dia.

Ia menilai, baru kali pertama banjir datang di tokonya selama berjualan di tempat itu. Biasanya, banjir hanya meluap hingga Patung Nelayan, yang terletak di pinggir kali dan berjarak sekitar 400 meter dari lokasi tokonya berdiri.

Ia sendiri belum tahu jumlah kerugian yang diderita akibat banjir itu. "Rugi mah lumayan. Tapi alhamdulillah gak kena semua," kata dia.

Sementara salah seorang pedagang buah, Siti Aisyah (38), mengaku baru berjualan sejak Jumat (28/12). Itu pun hanya buka pada pagi dan sore hari.

Ia mengaku terpaksa mulai berjualan. Pasalnya, jika tak dijual barang dagangannya akan busuk. Beberapa buah pir dan apel tempat dagangan Aisyah juga telah terlihat berubah warna.

Sejak kejadian tsunami pada Sabtu (22/12), Aisyah tak baru kembali bekerja setelah suasana tenang. Pada Jumat, ia membersihkan tempatnya yang terkena banjir dan mulai berjualan seperti sedia kala, meski belum penuh penuh berjualan.

Menurut dia, hari kedua sejak berjualan masih sepi pembeli yang datang. Ia menduga masyarakat masih banyak yang mengungsi. Karena itu, tak banyak orang yang beraktivitas.

"Yang beli sekarang banyak relawan. Warga masih sepi," kata dia.

Dalam sehari, sebelum tsunami terjadi, Aisyah mengaku paling sedikit mendapatkan uang sebesar Rp 1 juta. Namun, setelah tsunami dan banjir datang, penghasilannya tak sampai Rp 200 ribu sehari.

Berdasarkan pantauan Republika.co.id, beberapa warung di dalam pasar juga masih ditutup. Hanya warung dan toko di pinggir jalan yang banyak mulai buka, seperti warung makan, pakaian, buah, juga pulsa. 

Aisyah mengatakan, banyak pedagang yang masih mengungsi. Karena itu, suasana pasar masih sepi. Namun, kata dia, saat pagi hari ada beberapa pedagang sembako yang buka, meski hanya beberapa jam.

Menurut dia, aktivitas di pasar saat ini hanya berlangsung hingga sore hari. Jika malam menjelang, pasar akan kembali sepi. Padahal sebelum tsunami, pasar biasanya ramai hingga pukul 22.00 WIB.

"Ini karena bencana, sore juga sepi lagi. Masyarakat sebagaian juga masih khawatir. Kayak kuburan lah kalau malam," canda perempuan yang sudah 8 tahun berjualan buah di tempat.

Ia berharap, bencana yang melanda pesisir Banten cepat teratasi. Dengan begitu, masyarakat akan kembali beraktivitas normal

Let's block ads! (Why?)



December 29, 2018 at 04:29PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2QVxEKD
via IFTTT

No comments:

Post a Comment