Pages

Sunday, January 20, 2019

Menanti Bank Sampah di Setiap RW

Masyarakat juga mendapatkan pundi-pundi rupiah dari hasil penjualan sampah anorganik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sedang berupaya mengurangi sampah yang ada di ibu kota. Salah satunya melalui program satu RW satu Bank Sampah di seluruh wilayah Jakarta.

Hal itu juga tertuang dalam Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 157 tahun 2016 tentang Pembinaan dan Pengembangan Sampah. Berdasarkan Ingub tersebut, masyarakat di lingkungan RW dan sekolah dapat mengelola sampah anorganik agar dapat berdaya guna dan berhasil guna kembali bagi masyarakat.

Menurut Kepala Bidang Peran Serta Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Djoko Rianto Budi H, gerakan Bank Sampah itu berangkat dari tujuan melakukan pengurangan sampah dari sumbernya. Pihaknya mengupayakan partisipasi masyarakat untuk memilah sampah yang dapat didaur ulang.

"Kami kan ingin melakukan pengurangan sampah dari sumbernya dari tingkat rumah tangga. Memberikan edukasi masyarakat untuk memilah sampah," ujar Djoko saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (17/1).

Selain dapat mengurangi sampah, melalui Bank Sampah, masyarakat juga mendapatkan pundi-pundi rupiah dari hasil penjualan sampah anorganik. Djoko mengatakan, sampah anorganik yang telah dibuang jika dipilah akan bernilai ekonomis.

Djoko menyebut, berdasarkan laporan dari Suku Dinas (Sudin) LH di setiap wilayah DKI Jakarta, telah berdiri sebanyak 1.683 Bank Sampah selama 2018. Apabila target satu RW satu Bank Sampah, maka harus ada sekitar 2.729 unit Bank Sampah.

"Sesuai dengan jumlah RW sekarang kan jumlah RW itu 2.729 ya, sementara kami kan baru 1.683," kata dia.

Djoko mengatakan, dari jumlah tersebut hanya Jakarta Barat yang sudah memiliki Bank Sampah di setiap RW. Sebab, dari jumlah RW sebanyak 586, Bank Sampah sudah mencapai 632 unit. Hal itu menunjukkan masih ada beberapa RW di wilayah Jakarta lainnya belum memiliki Bank Sampah.

Ia optimistis, apabila target satu RW satu Bank Sampah dapat terealisasi pada tahun 2022, maka diprediksi dapat mengurangi sampah anorganik kurang lebih 20 persen. Sehingga, lanjut Djoko, perlunya kesadaran masyarakat untuk aktif mengembangkan Bank Sampah di lingkungannya.

"Prediksi kami kalau misalnya terwujud satu RW satu bank sampah itu paling tidak kami bisa mengurangi sampah kurang lebih 20 persennya," jelas dia.

Salah satu Bank Sampah yang aktif digerakkan warga adalah Bank Sampah Kasih Jumilah, singkatan dari Kawasan Bersih Juru Pemilah Sampah. Bank Sampah itu berada di Kelurahan Cipinang Melayu Jakarta Timur, tepatnya di RW 012.

"Kami aktif melakukan penimbangan sampah itu dua minggu sekali, enggak cuma warga RW 012, warga yang ada di Kelurahan Cipinang Melayu juga bisa ke sini," ujar Ketua Koperasi Kasih Jumilah, Ruyati Syafruddin (50) saat ditemui Republika beberapa waktu lalu.

Ruyati menceritakan, Bank Sampah Kasih Jumilah berdiri sejak 2008. Tak lama, dua tahun kemudian berbadan hukum dan berkembang menjadi koperasi. Menurut dia, anggota koperasi sudah mencapai 198 orang. Mereka menabung dengan sampah.

"Uang baru bisa dicairkan setelah satu tahun. Biasanya ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri," kata dia.

Ruyati mengatakan, setiap penimbangan sampah, Bank Sampah Kasih Jumilah bisa mengumpulkan hingga lima ton sampah anorganik. Sampah yang bisa didaur ulang, seperti botol plastik, gelas plastik, kardus, koran, dan sebagainya. Jumlah itu setara dengan Rp 5 juta.

Dari awal berdirinya Bank Sampah Kasih Jumilah hingga sekarang, sudah ada sekitar 300 ton sampah yang berhasil dipilah dengan total uang mencapai Rp 350 juta. Menurut Ruyati, Bank Sampah turut andil dalam mengurangi sampah-sampah yang akan dikirim ke tempat pembuangan sampah akhir.

Let's block ads! (Why?)



January 20, 2019 at 03:40PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2FLqnpT
via IFTTT

No comments:

Post a Comment