REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Barat (NTB) Nurhandini Eka Dewi mengatakan 249 warga NTB dinyatakan positif terjangkit demam berdarah dengue (DBD) pada periode awal Januari hingga saat ini. Empat diantaranya meninggal dunia.
Eka mengatakan, jumlah warga yang diduga DBD tentu lebih besar dari angka 249, meski dia belum mengetahui angka pastinya. Eka mencontohkan, Kabupaten Lombok Barat dinyatakan sebagai wilayah paling tinggi.
"Dari 105 warga Lombok Barat yang suspect DBD, 73 di antaranya dinyatakan positif DBD," ujar Eka di Kantor Pemprov NTB, Jumat (8/2).
Eka menyebutkan, dari kasus DBD pada Januari hingga saat ini, total korban meninggal dunia akibat DBD sebanyak empat orang. Rinciannya dua warga Dompu dan dua warga Bima. Eka menjelaskan, kasus DBD yang terjadi di Indonesia, termasuk NTB, merupakan puncak dari siklus sepuluh tahunan.
Eka mengajak masyarakat selalu menjaga kebersihan dengan tiga M plus yang meliputi membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain. Lalu menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
Eka menyebutkan, angka kasus DBD di NTB terus menurun dari tahun ke tahun. Pada 2018, dia katakan, hanya ada 827 warga yang dinyatakan positif atau angka terendah dalam lima tahun terakhir. Pada 2016, Eka menyebutkan jumlah warga NTB yang positif DBD sempat mencapai 3 ribu orang.
"Kami minta masyarakat kalau merasa gejala panas tinggi mendadak segera memeriksakan diri dan perbanyak minum air, kecuali kopi dan soda," ucap Eka.
Kata Eka, 54 persen penduduk NTB sudah terdaftar sebagai anggota BPJS sehingga bisa menggunakannya untuk periksa saat menemui gejala DBD.
Selain melakukan fogging di wilayah yang terkena DBD dan wilayah rawan DBD, Dinas Kesehatan NTB juga telah bersurat ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB dan kabupaten kota yang ada di NTB dan Kantor Wilayah Kementerian Agama NTB untuk menggencarkan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di sekolah-sekolah maupun pondok pesantren.
"Kami bersurat ke Dikbud dan Kemenag karena nyamuk biasanya menggigit pukul 10.00 sampai 11.00 WITA saat anak-anak di sekolah, kami minta program PSN digalakan di sekolah-sekolah," kata Eka.
February 08, 2019 at 03:44PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2WRFzrV
via IFTTT
No comments:
Post a Comment