REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO - Meski tercatat memiliki investasi langsung cukup besar di Indonesia, namun ternyata investor Jepang belum berkontribusi besar dalam investasi portofolio Indonesia. Investasi portofolio Jepang di Indonesia, dari sekitar 38 persen investasi dalam surat berharga negara (SBN) yang dipegang investor asing, pangsa investor Jepang belum besar, sekitar 1,27 persen. Kondisi ini berbeda dengan investasi Jepang dalam bentuk investasi langsung.
"Investasi portofolio dari Jepang inilah yang ingin kita tingkatkan," ungkap Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, usai menghadiri pertemuan dengan sejumlah fund manager, Kamis (31/1), di Tokyo, Jepang.
Lantaran itu pula BI, ditegaskan Mirza, terus meyakinkan persepsi investor Jepang untuk meningkatkan investasi di Indonesia. Bukan hanya dalam bentuk investasi langsung, tapi juga investasi portofolio. Menurutnya, investor asal negeri sakura itu memang memiliki investasi langsung sangat besar di Indonesia. "Namun, untuk investasi portofolio, investor Jepang belum terlalu besar, cukup konservatif," jelas Mirza, seperti dilaporkan wartawan Republika Agung P Vazza dari Tokyo, Jepang.
Lebih lanjut Mirza menjelaskan melalui pertemuan dan forum dengan fund manager ini BI terus berupaya meyakinkan investor Jepang agar meningkatkan investasi portofolionya di Indonesia. Melalui forum yang sama, BI juga ingin tetap menjaga agar investasi langsung Jepang bisa terus ditingkatkan. "Soal investasi langsung Jepang, ibarat memiliki mobil yang terus kita maintenance, kita rawat. Hadir dalam pertemuan dan forum bersama fund manager Jepang ini adalah salah satu bentuk maintenance itu," papar Mirza.
Merawat investasi langsung Jepang, sekaligus berupaya meningkatkan investasi portofolio Jepang, di Indonesia, boleh jadi memang selayaknya dilakukan. Pasalnya, bagi investor Jepang, Indonesia masih termasuk papan atas negara tujuan investasi. Japan Bank for International Cooperation (JBIC) pada 2017 melakukan survei terhadap perusahaan manufaktur Jepang yang beroperasi di luar Jepang. Hasilnya menunjukkan Indonesia beradi posisi empat teratas negara tujuan investasi, setelah Cina, India, dan Vietnam.
"Hasil survei tersebut memperlihatkan Indonesia masih dilihat sebagai negara penting terkait tujuan utama investasi," tambah Kepala Kantor Perwakilan BI Tokyo, Puji Atmoko. Saat ditemui wartawan di Kantor Perwakilan BI Tokyo, Puji menjelaskan setidaknya ada empat indikator ekonomi positif, yang dinilai investor Jepang sebagai keunggulan Indonesia sebagai negara tujuan investasi. Keempat indikator tersebut adalah populasi (pasar) yang besar; pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi di kisaran lima persen; infrastruktur dan industrial link yang semakin baik; dan iklim investasi yang kondusif. Sedangkan berdasarkan sektornya, Puji mengatakan sektor manufaktur masih menjadi pilihan utama investasi Jepang.
Alasan lain yang menurutnya mendorong investasi Jepang ke luar negeri tak lain kondisi perekonomian Jepang yang cenderung stagnan. "Meski secara size sangat besar, namun pertumbuhan ekonominya melandai," tambah Puji. Pertumbuhan ekonomi Jepang tercatat 1,7 persen pada 2017, dan diperkirakan sekitar 0,9 persen selama 2018. Sedangkan selama 2019 pertumbuhan kembali menguat di kisaran satu persen. Laju inflasi di Jepang selama 1,5 dekade juga tercatat rendah sekitar 0,7 persen. "Target inflasi dua persen sejak 2013 tidak pernah tercapai," kata Puji. Selain itu, sambungnya, Jepang masih harus menghadapi persoalan utama perekonomiannya, yaitu populasi yang terus menua.
February 01, 2019 at 04:03PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2HJ2zFH
via IFTTT
No comments:
Post a Comment