REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mendorong kampus untuk melaksanakan tridharma perguruan tinggi. Khususnya di bidang riset dan mengubah cara berpikir mahasiswa untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Seperti riset pengolahan sumber daya alam di Kaltim. Ini juga bisa membuat mahasiswa tertarik melakukan riset sehingga muncul kreativitas-kreativitas," kata Wakil Ketua MPR Mahyudin.
MPR bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Mulawarman menggelar temu tokoh atau kebangsaan di GOR Universitas Mulawarman, Samarinda, Selasa (11/12). Temu tokoh atau kebangsaan ini diikuti staf pengajar, guru PPKN, dan sekitar 1.000 lebih mahasiswa dari perguruan tinggi di Samarinda.
Dalam temu tokoh nasional atau kebangsaan ini Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Mahyudin menyampaikan presentasi dengan judul "Kontribusi Generasi Muda Menyambut Tahun Emas 2045". Mengawali paparannya Mahyudin menyebutkan tujuan bernegara, yaitu melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, memajukan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
"Maka visi Indonesia adalah berdaulat, maju, adil dan makmur. Itu tercantum dalam Pembukaan UUD," katanya.
Apakah tujuan bernegara itu tercapai? Mengacu pada data perhitungan-perhitungan kemajuan ekonomi, Mahyudin mengungkapkan pada 2045 (visi 100 tahun Indonesia merdeka) Indonesia menjadi salah satu negara dengan PDB terbesar di dunia. Saat itu PDB Indonesia urutan empat terbesar di dunia.
"Kita berharap Indonesia saat itu sudah menjadi negara maju," ujarnya seperti dalam siaran persnya.
Mahyudin juga mengungkapkan pendapatan per kapita Indonesia saat ini berkisar 3.500 dolar AS atau Rp 45 juta per tahun. Indonesia masuk dalam medium income. Tapi pendapatan per kapita Indonesia tidak beranjak naik. Oleh karena itu Indonesia dikatakan masuk dalam jebakan negara berpendapatan menengah. "Ini yang sedang diperjuangkan agar pendapatan per kapita naik menjadi 11.000 dolar AS," katanya.
Pada tahun 2015, Indonesia berada pada peringkat 15 dunia. Indonesia diramalkan masuk pada peringkat sembilan dunia pada 2030. Pada 2045, Indonesia masuk pada peringkat empat besar. Saat itu PDB Indonesia mencapai 9.313 milar dollar. Jadi, peluang Indonesia sangat bagus.
Indonesia juga mengalami bonus demografi, yaitu jumlah penduduk usia produktif dua kali lipat dari usia nonproduktif. "Tapi kalau tidak dikelola dengan baik akan menjadi bumerang. Periode ini berlangsung sampai 2035. Ini peluang bagi Indonesia," imbuhnya.
Melihat peluang itu Mahyudin mengharapkan universitas atau perguruan tinggi diberdayakan. Misalnya, perguruan tinggi lebih giat melakukan kajian dan riset sehingga Universitas Mulawarman juga bergerak dengan melakukan riset-riset. Termasuk riset pengolahan sumber daya alam di Kaltim. Supaya mahasiswa juga tertarik melakukan riset. Agar mereka juga punya kreativitas.
Menurut Mahyudin, mahasiswa perlu menciptakan lahan usaha baru tidak hanya mengincar pekerjaan sebagai PNS. "Penduduk Kaltim jangan terlena dengan keunggulan sumber daya alam yang dimiliki. Tapi perbaiki sumber daya manusianya," pintanya.
Untuk itu Mahyudin mendorong perguruan tinggu melakukan riset dan mendorong mahasiswa menguasai Iptek. "Kita dorong kampus untuk melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi terutama berorientasi riset dan mengubah cara berpikir mahasiswa untuk menguasai Iptek dan wawasan riset," tandasnya.
Mahyudin mengharapkan mahasiswa untuk tetap semangat membangun Indonesia. "Mahasiswa, khususnya mahasiswa Kaltim, ikut bersama membangun Indonesia yang kita cintai ini," tutupnya.
December 11, 2018 at 06:19PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2EfiOY0
via IFTTT
No comments:
Post a Comment