Pages

Saturday, February 9, 2019

Turki Minta Cina Tutup Kamp Pengasingan di Xinjiang

Menurut PBB sekitar 1 juta warga Muslim Uighur ditahan di kamp 'program edukasi'

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki meminta Cina untuk menghargai hak asasi masyarakat minoritas Uighur yang tinggal di Xinjiang. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki Hami Aksoy meminta Cina untuk menutup kamp pengasingan dimana jutaan warga Uighur ditahan.

"Kami mengundang pihak berwenang Cina untuk menghargai hak asasi fundamental Turki Uighur dan menutup kamp sementara, kami meminta masyarakat internasional dan Sekretaris Jendral PBB untuk mengambil langkah efektif demi mengakhiri tragedi kemanusiaan di Xinjiang," kata Aksoy dalam pertanyaannya yang diunggah di situs resmi Kementerian Luar Negeri Turki, seperti dilansir di Sputnik, Ahad (10/2).

Menurut PBB sekitar 1 juta warga minoritas Muslim Uighur ditahan di kamp 'program edukasi'. Cina mengatakan kamp tersebut sebagai bentuk upaya mereka menangkal dan memerangi terorisme dan radikalisme.

Uighur sudah mencoba merdeka dari Cina sejka tahun 1930an sampai 1940-an. Beberapa tahun terakhir ini pemerintah Cina memperkenalkan langkah-langkah yang lebih ketat lagi di wilayah tersebut. Pemerintah Cina menjustifikasi tindakan mereka sebagai perlawanan terhadap ekstrimisme.

Dalam beberapa kesempatan Beijing juga sempat membantah adanya 'kamp re-edukasi' tersebut. Mereka kerap menegaskan Cina tetap mematuhi Konvensi Internasional dalam Mengeliminasi Segala Bentuk Diskriminasi Rasial.

Pada 14 Januari 2019 pemerintah Xinjiang mengatakan tahun lalu mereka telah mengangkat sekitar 537 ribu orang dari kemiskinan. Xinhua memuat laporan sebanyak yang mengatakan 513 desa dari tiga wilayah di Xinjiang berhasil dilepaskan dari kemiskinan.

Angka kemiskinan di wilayah tersebut juga turun dari 11,57 persen pada tahun 2017 menjadi 6,51 pada tahun 2018. Berita Xinhua ini menunjukan Cina ingin memperlihatkan 'program pendidikan dan pelatihan kejuruan' telah berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat Uighur.

Tapi Cina gagal menutup-nutupi apa yang sebenarnya terjadi di Xinjiang. Upaya mereka membantah adanya kamp pengasingan juga berhasil dipatahkan oleh berbagai liputan dan penelitian dari wartawan dan peneliti asing.

Penelitian Adrian Zenz dari European School of Culture and Theology menunjukan betapa menakutkan dan besarnya jumlah minoritas Uighur yang ditahan dalam kamp pengasingan. Zenz menelusuri pembicaraan tentang 'de-ekstrimisasi' dan 'tranformasi melalui pendidikan' Xinjiang di media dan jurnal Partai Komunis Cina selama bertahun-tahun.

Ia mengidentifikasi ada 78 lelang proyek pembangunan kamp pengasingan Muslim Uighur. Seorang mahasiswa hukum di University of British Columbia, Shawn Zhang juga mengumpulkan bukti pembangunan kamp pengasingan tersebut melalui foto satelit dari Google Earth.

Bukti kamp pengasingan ini diperkuat penuturan para pengelana yang berhasil masuk ke Xinjiang. Para pengelana independen itu mengatakan mereka tidak melihat Muslim Uighur yang berusia antara 15 sampai 45 tahun di jalan-jalan.

Let's block ads! (Why?)



February 10, 2019 at 12:28PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2SkNeQK
via IFTTT

No comments:

Post a Comment