REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyatakan, lautan merupakan kawasan yang bisa diakses berbagai masyarakat tanpa modal tinggi. Karenanya, ungkap Susi, penting untuk melestarikannya dan memberdayakannya bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.
Menteri Susi menekankan pentingnya untuk menjaga laut, yang dinilainya merupakan satu-satunya sumber daya alam yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat tanpa modal tinggi. Hal itu, ujar dia, tak lepas dari tak terbatasnya akses terhadap laut yang tak bisa dibatasi kepemilikannya oleh perorangan atau pun kelompok tertentu.
"Satu-satunya SDA yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat tanpa modal tinggi ya perikanan. Tambang, minyak itu tidak mungkin masyarakat umum bisa akses. Laut ini satu-satuya yang tidak ada kavling-kavling," tuturnya dalam rilis tertulis, Senin (1/7).
Menteri Susi juga mengingatkan bahwa menjaga laut sebagai masa depan bangsa sesuai visi Presiden Joko Widodo adalah hal yang tepat. Hal tersebut, lanjutnya, karena daratan termasuk lahan pertanian bisa berkurang pada masa depan.
"Potensi kita ada di mana? Ya di laut," tegasnya.
Terkait dengan pelestarian sumber daya laut, sebelumnya KKP juga telah mendorong kerja sama antara Indonesia dan Jepang yang berfokus kepada ekosistem karbon biru yang juga terkait dengan upaya mewujudkan sumber daya laut berkelanjutan.
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Sjarief Widjaja dalam siaran pers di Jakarta, Kamis, memaparkan tentang Program BlueCARES yang merupakan program kerja sama antara Indonesia-Jepang yang berfokus pada ekosistem karbon biru.
"Program BlueCARES bertujuan untuk menyusun suatu strategi karbon biru sebagai skema yang efektif untuk meningkatkan upaya masyarakat dalam pelestarian ekosistem pesisir dan sekaligus berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim global," ucapnya.
Dengan mengusung motto "aksi lokal yang berdampak lokal dan global", lanjutnya, strategi ini akan dicapai melalui integrasi penelitian dalam bidang geokimia, ekologi, geomatika, modeling, dan sosial-ekonomi untuk mengetahui dinamika karbon biru pada sistem hulu-hilir.
Selain itu, ujar dia, kajian kuantifikasi jasa ekosistem juga dilaksanakan untuk mengetahui pemanfaatan ekosistem pesisir yang lestari.
July 01, 2019 at 07:16AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2KO90bu
via IFTTT
No comments:
Post a Comment